Konsep Medis untuk Mengatasi Problem Kesehatan Global

Senin 16-06-2025,04:33 WIB
Oleh: Abdurachman*

Tabib itu kemudian merenung dalam-dalam tentang definisi sehat yang selama ini digunakannya. Definisi WHO sejak 1948 menyatakan, ”Health is a state of complete physical, mental, and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity”. 

BACA JUGA:Umur Panjang sampai 100 Tahun, Begini Rahasianya Menurut Penelitian Medis

BACA JUGA:Georgia jadi Negara Bagian AS Pertama yang menjual Ganja Medis

Definisi itu kelihatan ideal. Namun, dalam praktiknya, itu justru menghasilkan pandangan yang hedonistik dan perfeksionis terhadap sehat. 

Sehat dituntut harus lengkap, utuh, dan sempurna, padahal manusia adalah makhluk yang secara fitrah dinamis dan mengalami perubahan.

Sementara masyarakat muslim tempat ia bertugas hidup dengan prinsip-prinsip ajaran agama, mereka hidup sederhana, mengikuti ritme sunah, tidak makan berlebihan, menjaga pikiran dan jiwa tetap positif, serta menjadikan ibadah sebagai sumber kekuatan psikis. 

BACA JUGA:Pengaturan Hak dan Kewajiban Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan, dan Pasien dalam UU Kesehatan

BACA JUGA:Polri Kirim Tim Medis ke Myanmar Bantu Korban Gempa

Bagi mereka, sehat tidak berarti sempurna tanpa rasa sakit, tetapi dengan menjaga kesehatan kalbu, tenang dalam ibadah, dan sabar dalam ujian. Itulah perwujudan konsep takwa, yang dalam Islam adalah simbol kesehatan jiwa yang sejati.

TAKWA SEBAGAI SEHAT KALBU 

Al-Qur’an menyebut bahwa yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa (Q.S. Al-Hujurat:13). 

Sementara itu, Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Ingatlah, sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik (sehat), seluruh tubuh baik (sehat). Jika ia rusak (sakit), seluruh tubuh rusak (sakit). Itulah kalbu.” (H.R. Bukhari-Muslim).

Ayat dan hadits itu membentuk fondasi bahwa kesehatan sejati dalam Islam adalah kesehatan kalbu. Takwa tertinggi adalah puncak sehatnya kalbu. 

Orang yang bertakwa selalu menjaga niatnya lillahi ta’ala, emosinya stabil, dan tindakannya selaras dengan nilai ilahiah. Ia tidak mudah stres, tidak terombang-ambing oleh dunia, dan senantiasa tenang menghadapi musibah.

Dalam psikologi modern, itu berkaitan dengan resilience dan meaning-making coping. Dalam kajian neuroimunologi, ketenangan batin menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan kerja sistem imun. 

Bahkan, dalam medis kuantum, niat dan kesadaran batin berdampak langsung terhadap vibrasi sel dan koherensi jantung-otak.

Kategori :