Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (8): Adaptasi ala Negara Nordik

Jumat 20-06-2025,09:00 WIB
Reporter : Mushonnifun Faiz S *)
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Setiba di Helsinki, kami harus beradaptasi cepat. Urusan administrasi hingga masuk kampus dan memulai S3. Ditambah lagi membawa keluarga, maka adaptasi dengan negara nordik itu jadi tantangan banget. 

Minggu, 28 Juli 2024 kami mendarat di Helsinki. Kami dijemput oleh Nur Rahman Seno Aji, mahasiswa S3 di Aalto University, yang kami kenal melalui chat. Dosen muda di FKG UGM itu menawarkan kami menginap di rumahnya dulu beberapa hari karena saya baru bisa mendapatkan kunci housing pada Selasa, 30 Juli 2024. 

Selain segera memberi SIM-card lokal, hal pertama yang kami urus saat datang ke Helsinki adalah menuju International House bagian DVV (Digital and Population Data Services Agency, semacam Dukcapil jika di Indonesia) untuk mendaftarkan data kami ke Sistem Informasi Kependudukan Finlandia. 


Momen atang kali pertama di Bandara Helsinki-Vantaa, 28 Juli 2024, setelah menempuh perjalanan total sekitar 23 jam.--Mushonnifun Faiz S

BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (1): Seribu ”Thank You” Menuju Finlandia

Kebetulan kami sudah booking appointment jauh-jauh hari sejak di Indonesia, untuk mengantisipasi ramainya musim pelajar datang pada Juli-Agustus. Hal ini berguna untuk selanjutnya nanti mendapatkan Finnish ID Number (Nomor Identitas Finlandia). 

Dengan ”nomor sakti” itu, kami bisa mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan, dan layanan publik yang lain secara gratis. Terlebih nanti setelah mengurus henkilökortti (kartu identitas), maka kami bisa mengakses banyak layanan publik dengan gratis. 

Kata pihak DVV, jika registrasi sudah selesai, maka nanti notifikasi dan dokumen akan dikirim via pos. Oh ya, BTW di sini, sering kali segala pemberitahuan resmi, dokumen penting, bahkan kartu ATM bank pun dikirim melalui pos ke rumah atau bisa diambil ke pick up point terdekat dari rumah. 

BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (2): Drama Berlanjut di Sheffield

Kami juga mengurus KELA, yaitu jaminan sosial meliputi kesehatan dan tunjangan untuk mendukung keluarga di Helsinki. Nah, sambil menunggu masuk ke housing, kami berkunjung ke Perpustakaan Ooodi. Perpustakaan dengan gedung ikonik dan terbesar di Finlandia yang memiliki koleksi sekitar 100 ribu items. Belum lagi di jaringan perpustakaannya, koleksinya mencapai 3.5 juta. 

Dari Oodi, kami menuju ke IKEA untuk membeli peralatan rumah tangga seperti perlengkapan makan, alat kebersihan. Kami juga menuju ke supermarket untuk memberi alat-alat elektronik seperti rice cooker

Meskipun mendapatkan housing cukup susah tapi untung kami mendapatkan cukup besar yakni 60,5 meter persegi dengan fasilitas dapur -termasuk kompor, oven, dan lemari es serta freezer-, lemari dapur, ruang makan, kamar mandi dalam dengan shower dan lemari gantung kaca, serta dua kamar tidur yang sudah memiliki kasur ukuran single. Ditambah meja, lemari, kursi, serta terdapat lemari. 

BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (3): Mewujudkan Visualisasi Novel

Dengan membayar sekitar 984 Euro per bulan termasuk air, di luar tagihan listrik, rata-rata per bulan sekitar 20 Euro, sudah termasuk menggunakan mesin cuci dan pengering sepuasnya. Ada ruangan tersendiri dan sharing dengan seluruh penghuni apartemen, serta ada satu space gudang untuk menyimpan barang-barang. 

Baru selesai urusan pindahan, pada 1 Agustus 2025, saya harus pergi ke kampus, dalam acara welcoming new doctoral researcher (DR). Ada 22 DR baru dari berbagai bidang dan negara hari itu menghadiri baik secara on site, maupun online. Hal itu dikarenakan ada beberapa yang masih belum berangkat karena residence permit mereka keluar cukup terlambat. 

Kategori :