Motifnya, berdasar pengakuan tersangka, dia sering jadi korban KDRT suami. Tapi, dia tidak pernah lapor polisi. Tidak ada catatan laporan polisi untuk itu.
Polisi menyidik. Dua alat bukti hukum ditemukan. Fauziah dijerat Pasal 340 KUHP, pembunuhan berencana. Ancaman maksimal hukuman mati.
Meski tersangka kreatif menutupi jejak pembunuhan, itu cuma bertahan 42 hari dari saat pembunuhan. Kemudian, dia menyerahkan diri ke polisi. Tidak gampang menutupi jejak pembunuhan. Apalagi, untuk mengangkat jasad Lukman, Fauziah minta bantuan orang.
Kasus yang mirip terjadi di Inggris. Pasutri Jeremy Rickards, 65, dan Maureen Rickards, 50, sudah menikah 27 tahun. Mereka mukim di Canterbury, sekitar 97 kilometer di tenggara London.
Dikutip dari BBC, 14 Maret 2025, berjudul Wife who hid husband’s body in garden found guilty, Maureen membunuh Jeremy, 5 Juli 2024.
Enam hari kemudian, putri Jeremy yang tinggal di kota lain lapor polisi kehilangan ayah. Pihak keluarga dan polisi mencari Jeremy ke mana-mana. Tidak ketemu.
Ternyata mayat itu dibungkus plastik berlapis-lapis, disimpan dalam lemari di kamar korban dan pelaku. Dan, untuk menutupi jejak dari kecurigaan tetangga, pelaku tetap tinggal dan tidur di kamar tersebut.
Tidak seperti di Indonesia, yang orangnya amah-ramah, tetangga di sana tidak bertanya ke Maureen soal keberadaan Jeremy. Para tetangga mengaku ke wartawan, mereka memang (selentingan) mencium bau busuk, tapi tidak curiga ada mayat di rumah Jeremy.
Setelah kasus itu terungkap, Andrea Whitfield, warga di jalan tersebut, mengatakan, ”Sungguh luar biasa membayangkan itu terjadi tepat di depan rumah kami.”
Dilanjut: ”Kami selalu menganggap umumnya wanita sebagai korban (KDRT), tetapi sayangnya dalam kasus ini... korbannya adalah pria.”
Putri Jeremy yang tinggal di kota lain sudah diantisipasi pelaku. Caranya, pelaku menggunakan HP Jeremy, mengirimkan pesan singkat ke si putri. Pesan dikirim 27 Juni 2024 atau enam hari sebelum pembunuhan. Isinya, Jeremy akan pergi ke Arab Saudi untuk suatu urusan.
Pesan yang sama dikirimkan Maureen (dari HP Jeremy) kepada HP Maureen.
Esoknya, Maureen menggunakan HP milik dia sendiri, mengirim pesan kepada si putri menyatakan bahwa Jeremy bunuh diri. ”Papa bunuh diri... tak ada saksi mata. Saya sedang tidur.”
Si putri curiga atas dua kiriman pesan itu, lalu lapor polisi. Polisi menyelidiki, menggeledah rumah Jeremy. Ketemu mayatnya di taman belakang, sudah membusuk.
Hasil autopsi, ada lima tikaman benda tajam di dada Jeremy. Polisi menginterogasi Maureen. Awalnya dia membantah membunuh suami, tapi polisi mengungkap fakta satu demi satu sehingga Maureen mengaku, diadili.
James Fisher, jaksa agung senior di Crown Prosecution Service (CPS), mengatakan kepada BBC bahwa Jeremy Rickards adalah ”korban dari hubungan yang penuh kekerasan”.