Seri Putra Sang Fajar (15): Asmara Jawa-Bali Bersemi

Kamis 03-07-2025,06:00 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Guruh Dimas Nugraha

Setelah berada di Bali, Soekeni mengendap-endap ke rumah Idayu. Jendela kamarnya tertutup rapat. Ia mengambil cempaka di saku bajunya. Lantas cempaka itu dilemparkan ke jendela. Tak berapa lama, Idayu membuka jendela itu dan tersenyum pada Soekeni.

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (11): Merantau dan Berhemat demi Pendidikan

Pernyataan cinta dan gayung bersambut. Idayu mengatakan "ya". Tapi perjalanan keduanya tak mulus. Hubungan itu ditentang keras.

Seorang putri Bali dari kalangan bangsawan dilarang menikah dengan orang Jawa. Soekeni pun melarikan Idayu saat itu juga. 

Pihak keluarga melakukan pencarian. Idayu ditemukan. Keduanya diperbolehkan menikah. Asalkan Idayu harus menanggalkan gelar bangsawan.


Potret Raden Soekeni Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, ayah-ibu Bung Karno.-@soerabaia_cityofheroes-Instagram

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (10): Jembatan Peneleh, Jembatan Dua Hati

Tidak diperbolehkan membawa serta harta-benda yang dimilikinya. Juga segala prasyarat lain. Itu dapat disebut semacam hukuman baginya. Mereka pun menikah pada 15 Juni 1898.

Orang tua Soekeni, juga Raden Pandji dari Kediri, hadir dalam pernikahan keduanya. Anak pertama mereka, Soekarmini, lahir pada 29 Maret 1898.

Tak lama, Soekeni dipindahtugaskan ke Surabaya. Di sanalah anak keduanya lahir. Anak laki-laki itu diberi nama Raden Koesno Sosrodihardjo. 

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (9): Nostalgia Presiden di Pertjetakan Peneleh

Kelak, karena sakit-sakitan, nama Koesno diubah menjadi "Soekarno". Kisah itu diceritakan ulang oleh Raden Mas Kusuma Hartana, cicit R.M. Pandji Soemohatmodjo.

"Itulah tutur turun-temurun dalam keluarga kami. Konon, Eyang Soekeni dulu bermeditasi di pohon cempaka di depan rumah," katanya, sembari menunjuk pohon cempaka tersebut.

Pohon itu diselimuti kain berwarna kuning. Sebenarnya, cempaka tersebut telah mati. Namun, diawetkan. Sehingga batangnya masih berdiri kokoh sekalipun tak berdaun. Di bagian depan, diberi prasasti bertuliskan kisah asmara Soekeni dan Idayu. 

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (8): Cahaya Islam di Gelapnya Penjara

"Saat di Kediri, keduanya sering berduaan di bawah pohon cempaka ini," tambahnya. Saat sudah menikah pun, keluarga Soekeni kerap bertandang ke Ndalem Pojok. Dengan kerabat di rumah itu mereka merasa berutang budi.

Kategori :