BANYUWANGI, HARIAN DISWAY- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terus kumpulkan informasi terkait tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya. Salah satunya lewat penggalian informasi dari para penyintas yang selamat dari kecelakaan maut itu.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pihaknya telah mengantongi sejumlah bukti awal Sabtu 5 Juli 2025. Terkait kecelakaan yang membuat total mengakut 65 orang itu. Mulai dari kondisi cuaca saat kejadian, komunikasi kapal sebelum akhirnya tenggelam di selat Bali. "Dan informasi itu akan dilengkapi dengan keterangan para korban selamat," katanya.
BACA JUGA:Update Korban Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya, 30 Orang Selamat, 29 Masih Hilang
BACA JUGA:Investigasi Tenggelamnya KMP Tunu Dimulai, KNKT Telusuri Kelaikan dan Kumpulkan Video Amatir
Soerjanto menyebut keterangan para penyinyas akan penting. Untuk mendalami kronologi tragedi maut yang terjadi Rabu malam 2 Juli 2025 itu, keterangan korban akan menambah detail rangkaian bukti tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya.
Meski wawancara korban tetap penting, Soerjanto mengatakan, kini prioritasnya tetap pada pendataan data. Serta mendukung upaya penyelamatan tim SAR Gabungan. Investagasi penuh dijalankan KNKT setelah operasi SAR dinyatakan rampung.
Dilansir dari AFP, Eka Toniansyah, salah seorang korban selamat mengatakan, secara singkat kejadian nahas itu. "Kapal feri miring dan langsung tenggelam," katanya. Dalam peristiwa itu, dia berlayar bersama sang ayah. "Dan ayah saya meninggal," ucapnya.
Sejak Jumat 4 Juli 2025, KNKT telah mengumpulkan beberapa bukti awal tenggelamnya KMP Tunu. Di antaranya ada surat persetujuan berlayar (SPB) kapal Dokumen itu wajib dimiliki oleh setiap kapal yang akan berlayar. "Apakah semua sesuai dengan peraturan dan nanti kita akan mencari buktinya" ujar Soerjanto.
BACA JUGA:Kapal Ferry Ketapang-Gilimanuk Tenggelam di Selat Bali, Puluhan Penumpang Masih dalam Pencarian
BACA JUGA:TNI Jelaskan Alasan Kapal Induk AS USS Nimitz Melintas di Perairan Aceh
Kecelakaan kapal sering terjadi di Indonesia. Sebagai negeri kepulauan, lalu lintas laut sangat dibutuhkan. Sayangnya, masih banyak kelonggaran aturan yang menyebabkan risiko kecelakaan. Ada dua faktor yang mendominasi kecelakaan kapal di Indonesia: cuaca dan kelebihan muatan.
Pada 18 Juni 2018, kecelakaan kapal terjadi di Danau Toba Sumatera Utara. Kecelakaan itu membuat KM Sinar Bangun tenggelam akibat kelebihan muatan dan cuaca buruk. Tiga orang dinyatakan tewas dan 164 orang dinyatakan hilang.
Selang setahun, kecelakaan kapal kembali terjadi. KM Arin Jaya berlayar dari Pulau Sapudi-Giliyang Sumenep, Madura pada 17 Juni 2019. Kelebihan muatan menjadi penyebab kapal tenggelam dan menewaskan 21 penumpang. (*)