HARIAN DISWAY — Di tengah laju urbanisasi yang terus meningkat dan minimnya ruang terbuka hijau di Kota Surabaya, Kelurahan Gunung Anyar menghadirkan solusi pertanian modern melalui sistem hidroponik. Inisiatif ini menjadi bagian nyata dari komitmen mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) poin 11, yang berfokus pada pembangunan kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
Warga Kelurahan Gunung Anyar memanfaatkan lahan sempit di area padat penduduk untuk mengembangkan budidaya hidroponik. Melalui teknik tanam tanpa tanah, jenis sayuran yang ditanam—sawi—dibudidayakan dalam larutan air yang telah diberi nutrisi.
Uniknya, air yang digunakan berasal dari buangan pendingin udara (air conditioner). Penggunaan air buangan ini dinilai lebih efektif karena memiliki kandungan pH yang seimbang dan memungkinkan hasil panen dalam waktu relatif singkat.
Selain menjadi inovasi dalam pertanian perkotaan, program hidroponik ini juga berperan sebagai sarana edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu pengurus hidroponik menjelaskan bahwa perawatan tanaman dilakukan secara terjadwal.
BACA JUGA:Kedai Kopi Gunung Anyar: Inovatif Pemkot Surabaya Melalui Rumah Padat Karya
BACA JUGA:Jawab Tantangan AI, Prodi Ilmu Komunikasi UPN Jatim Gelar COMMFEST 2025
“Air yang digunakan sebanyak satu liter, dengan pemberian pH rendah. Namun, pemberian pH ini tidak dilakukan setiap minggu, dan penting untuk memastikan air tidak kosong selama sebulan. Untuk pengisian air dilakukan setiap tiga hari sekali, disertai tambahan nutrisi,” jelas Vivin, salah satu pengurus kampung.
Mahasiswa UPN peserta KKN Kelompok 132 berfoto bersama dosen pembimbing Tukiman. S.Sos. M.Si (batik biru) dan warga Gunung Anyar.-Humas Kelompok KKN 132 UPN Surabaya-
Kegiatan ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan di tingkat lokal, tetapi juga menumbuhkan kesadaran warga akan pentingnya pola hidup yang berkelanjutan. Keterlibatan aktif masyarakat dalam proses budidaya turut menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan produktif, meskipun berada di tengah kawasan padat penduduk.
Dengan memanfaatkan teknologi dan keterlibatan warga, Kelurahan Gunung Anyar menunjukkan bahwa keterbatasan ruang bukan hambatan untuk berinovasi. Inisiatif hidroponik ini menjadi contoh implementasi SDGs poin 11 secara nyata—menghadirkan pertanian berkelanjutan di jantung kota. (*)
*) KKN Kelompok 132 Mahasiswa UPN Surabaya di Kelurahan Gunung Anyar