Mahasiswa KKN Ajak Warga IOM Surabaya di Desa Sawotratap Tingkatkan Kesadaran Kesehatan Mental dan Cegah Bullying

MAHASISWA KKN Berdampak NR 07 periode Genap 2024/2025 mengusung tema utama KKN: Peningkatan Kesejahteraan Hidup untuk Mewujudkan Imigran Berdaya.-Dok Pribadi-
MAHASISWA kuliah kerja nyata (KKN) nonreguler 7 dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya mengadakan kegiatan edukatif yang berfokus pada peningkatan kesadaran kesehatan mental dan pada 18 Mei 2025 untuk sosialisasi pencegahan bullying bagi imigran komunitas International Organization for Migration (IOM) Surabaya, yang bermukim di Desa Sawotratap, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo.
Kegiatan itu merupakan bagian dari program KKN nonreguler yang mengedepankan penguatan kapasitas sosial imigran melalui pendekatan edukasi dan konseling. Sesi penyuluhan dilakukan secara langsung melalui diskusi kelompok, pembuatan video edukatif, serta simulasi peran untuk mengenali dan menghadapi tindakan perundungan.
”Karena mereka mengalami perbedaan kewarganegaraan sehingga membuat mereka sulit dalam proses perkembangan mental untuk anak-anak dan dewasa. Oleh karena itu, kami mengambil materi utama dengan memberikan stimulus, yaitu mengadakan sosialisasi mengenai stress fighter dan bullying untuk membantu proses perkembangan mereka,” ujar Seftia, koordinator KKN.
BACA JUGA:Kesempatan Mahasiswa Bidikmisi Ikut KKN Internasional
BACA JUGA:Pergeseran Paradigma KKN-BBK Mahasiswa
Selain itu, mahasiswa mengadakan grup konseling di class room Sawotratap sebagai tempat konsultasi terbuka yang dapat dimanfaatkan imigran untuk berbagi cerita atau mendapatkan dukungan awal terkait masalah psikologis dan sosial.
Seluruh rangkaian acara berlangsung dengan semangat kolaboratif dan mendapat respons positif dari imigran. Kegiatan KKN Berdampak NR 07, periode Genap 2024/2025, didampingi Ricky Alejandro Martin, S.Psi., M.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing lapangan
Koordinator IOM Surabaya Nando menyatakan bahwa kegiatan itu membawa dampak positif bagi imigran komunitas IOM. ”Banyak imigran mulai memahami pentingnya kesehatan mental dan cara menghadapi bullying, terutama di lingkungan keluarga dan sekolah,” ujarnya.
BACA JUGA:Mahasiswa Belajar Bersama Komunitas
BACA JUGA:Kegelisahan Mahasiswa Semester Tua dan Overdosis Informasi
”Saya sering kali mendapat perilaku kurang menyenangkan dari teman sekolah saya, biasanya ucapan rasis. Mungkin karena saya berasal dari negara yang berbeda, tetapi setelah saya mengikuti kelas pencegahan bullying, saya jadi mengerti apa yang harus saya lakukan ketika mendapatkan bully-an seperti itu,” ujar Farid (imigran asal Afghanistan).
Kegiatan itu menjadi bentuk nyata kontribusi mahasiswa dalam membangun ketahanan sosial masyarakat dan mendukung misi kemanusiaan yang inklusif, terutama bagi kelompok rentan di IOM Surabaya. (*)
*) Rizky Dwi Frasetya adalah mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya.--
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: