Pun, masyarakat Tengger membuat sesaji tamping. Yakni sesaji yang diletakkan di atas daun pisang. Diletakkan di sudut-sudut pintu rumah.
Namun, tamping tersebut hanya dibuat saat momen upacara besar. Seperti Yadnya Kasada. Karena masyarakat Tengger percaya bahwa di setiap tempat pasti ada yang "mendiami".
"Selain alam manusia, ada alam niskala. Atau alam kasat mata. Alam tak terlihat. Mereka juga harus dihormati menggunakan sesaji tamping tersebut," terangnya.
BACA JUGA:Tak Ada Sistem Kasta dalam Masyarakat Hindu Tengger
Intinya, semua jenis sesaji itu merupakan penerapan filsafat Tri Hita Karana. Yakni harmonisasi hubungan antara manusia dengan sesama dan mahluk lain, manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhan.
Masyarakat Tengger pun memiliki penyebutan khusus untuk Tri Hita Karana dalam tradisi mereka. Yakni Prahyangan (Tuhan), Pawongan (sesama mahluk), dan Palemahan (alam).
Keselarasan antar tiga aspek itu harus dicapai. Supaya hidup dapat berjalan harmonis dan damai. (*)