HARIAN DISWAY - Pengamat Hubungan Internasional Probo Darono Yakti berhasil mempertahankan disertasinya dan meraih gelar doktor dalam sidang terbuka di Kampus FISIP Universitas Airlangga (Unair) pada Jumat, 25 Juli 2025.
Dalam disertasinya, Probo mengangkat pengaruh konfusianisme dalam membentuk sikap luar negeri Tiongkok di abad ke 21. Capaian tersebut membuat pria kelahiran Yogyakarta, 15 Juli 1995 tersebut meraih gelar doktor di usia yang relatif muda, yakni 30 tahun.
Sidang doktor terbuka dilaksanakan di gedung Fisipol Universitas Airlangga (UNAIR) dengan penguji melibatkan nama-nama besar seperti Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Si, Prof. Dr. Suparto Wijoyo, SH., M.Hum, Prof. H. Kacung, Drs., MA., Ph.D.
Dengan promotor promotor Dr. Phill. Siti Rokhmawati Susanto, S.IP., MIR dan ko promotornya Prof. I Gede Wahyu Wicaksana. S.IP., M.Si., Ph.D. Founder Harian Disway Prof Dr. (HC) Dahlan Iskan juga hadir sebagai penyanggah.
Pengujian disertasi yang berjudul Pengaruh "Strategic Culture Konfusianisme Dalam Sikap Defensif-Moderat Kebijakan Luar Negeri Tiongkok Era Xi: Studi Kasus Relasi dengan AS dan India" dibuka oleh ketua sidang yang mempersilahkan Probo Darono Yakti untuk menuturkan isi secara singkat.
Probo mengatakan bahwa ia tertarik untuk meneliti Tiongkok karena sudah pernah meneliti sejak tesis S2 dan menemukan bahwa Tiongkok senantiasa mengadopsi kebijakan luar negeri yang defensif-pragmatis, terutama dalam menyikapi konflik-konflik luar negeri, serta sikap oposisi tak bersahabat dari Amerika Serikat dan sekutunya.
BACA JUGA:Ekspor Tiongkok Meroket Setelah Gencatan Tarif dengan AS
Hal ini bertolak belakang dari penggambaran Tiongkok yang dicitrakan sebagai kekuatan penantang dominasi barat yang lebih ofensif dan menantang dominasi barat (AS dan sekutunya).
Dalam penelitiannya, Probo menemukan bahwa strategi defensif-moderat ini banyak dipengaruhi secara budaya oleh nilai-nilai konfusiasisme. Seperti ren (kemanusiaan), he (harmoni), dan zhong yong (jalan tengah). Nilai-nilai ini menepis citra bahwa Tiongkok adalah negara yang agresif dan ekspansionis.
Probo berfoto bersama para penguji, penyanggah, promotor dan ko promotor dalam sidang terbuka Jumat, 25 Juli 2025-Boy Slamet/Harian Disway-
"Konfusianisme adalah satu cara pikir orang-orang Tiongkok dalam memandang negara agar bisa running," kata Probo.
Terlebih lagi, meski citra Tiongkok sebagai negara komunis sangat kuat, mereka tetap menerapkan 3 nilai utama dari konfusianisme dalam mengambil kebijakan internasional.
Penyanggah disertasi, Prof. Dr. H. Suparto Wijoyo bertanya mengapa mengambil AS dan India sebagai case study, "Mengapa tidak meneliti hubungan dengan Indonesia saja, misalnya?" tanya Prof Suparto.
Probo dengan cepat menjawab bahwa AS adalah rival utama Tiongkok di ranah global. Sementara India adalah rival di tingkat regional. Sehingga relasi dengan kedua negara ini paling bisa menggambarkan kebijakan-kebijakan luar negeri Tiongkok. Namun Probo tidak menampik bahwa Indonesia juga berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan luar negeri tersebut.
“Indonesia merupakan salah satu ketertarikan saya, mungkin hal ini bisa diriset dengan lebih lanjut,” tambah Probo.