BACA JUGA: Mengupas Bullying di Balik Petualangan Film Jumbo
2. Menciptakan Lingkungan yang Aman
LINGKUNGAN yang suportif dapat mencegah korban merasa sendirian dan memperkecil peluang perundungan berulang. --iStock
Sekolah, rumah, dan komunitas harus menjadi ruang aman bagi semua orang. Guru, orang tua, dan pihak sekolah perlu bekerja sama untuk menumbuhkan budaya saling menghormati dan peduli.
Data Komnas Perlindungan Anak menyebutkan bahwa lingkungan yang suportif dapat mencegah korban merasa sendirian dan memperkecil peluang perundungan berulang.
Kegiatan seperti peer counseling dan kampanye “Sekolah Ramah Anak” menjadi contoh nyata dalam menciptakan suasana positif tersebut.
BACA JUGA: Bullying dan Geng Sekolah
BACA JUGA: Orang Tua Wajib Tau! Ini Ciri-ciri Anak yang Mengalami Bullying
3. Menjalin Komunikasi Terbuka
PENDEKATAN empatik dengan mendengarkan tanpa menghakimi dapat membuat anak lebih berani bercerita ketika mengalami atau menyaksikan perundungan. --iStock
Banyak korban memilih diam karena takut disalahkan atau tidak dipercaya. Oleh karena itu, komunikasi terbuka antara anak, orang tua, dan guru sangat penting.
Kemendikbud menyebutkan bahwa pendekatan empatik dengan mendengarkan tanpa menghakimi dapat membuat anak lebih berani bercerita ketika mengalami atau menyaksikan perundungan. Dengan begitu, kasus bisa ditangani lebih cepat sebelum berdampak lebih parah.
BACA JUGA: Cegah Perundungan dan Bahaya Narkoba, Polisi Masuk Sekolah
BACA JUGA: Kekerasan dan Perundungan Civitas Academica: Antisipasi, Penanganan, dan Solusi
4. Tegas terhadap Pelaku
SANKSI dan edukasi lebih efektif mengubah perilaku pelaku bullying dibandingkan hukuman semata. --iStock