Melalui pendekatan absurd, Teater Gapus ingin menegaskan bahwa bahasa tidak hanya sekadar alat komunikasi. Tetapi juga simbol yang membentuk sistem manusia dalam memahami realitas.
Sutradara pementasan Salsabila Khairun Nadiya menjelaskan bahwa dalam setiap bahasa, terdapat tiga komponen penting: simbol (bentuk kata), referensi (konsep dalam pikiran), dan referen (objek nyata di dunia).
Ketika ketiganya tidak sinkron, lahirlah kesalahpahaman makna. Seperti yang terjadi antara profesor dan murid dalam naskah tersebut.
Melalui karya ini, Teater Gapus tidak hanya menampilkan tontonan, tetapi juga menghadirkan ruang renung bagi generasi muda untuk memahami kompleksitas bahasa, pendidikan, hingga relasi kuasa.
Tim Teater Gapus yang mementaskan naskah Pelajaran.-instagram.com/balaibahasa.jawatimur-
BACA JUGA:5 Cara Kreatif Pemuda Masa Kini dalam Mempertahankan Bahasa Indonesia
BACA JUGA:7 Rekomendasi Bacaan Sastra Klasik Indonesia, Sambut Bulan Bahasa dan Sastra
Pementasan itu sekaligus menjadi bentuk nyata bagaimana seni dapat menjadi medium edukatif yang menyentuh ranah intelektual dan emosional penonton.
Dengan menggandeng komunitas seni seperti Teater Gapus, Balai Bahasa Jawa Timur membuktikan komitmennya untuk terus menumbuhkan budaya berbahasa dan bersastra yang kreatif, kritis. Juga berakar pada nilai-nilai kebangsaan. (*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Airlangga.