Generasi Sandwich, Le(t) Go Wo

Minggu 16-11-2025,06:33 WIB
Oleh: Wiriyadhika Gunaputra*

Namun, meski mengalami hal itu lebih dini daripada teman-teman sebaya, tidak auto jago. Lebih mature mungkin, tapi tidak serta-merta jadi suhu. 

Pun, sampai sekarang masih terus berlatih. Makin bertambah umur, makin sadar dan lebih ringan melepas sesuatu. 

Dalam pikiran saya, ”ini memang seharusnya keluar”, ”ini memang seharusnya hilang”, ”ini mungkin memang belum rezeki”, dan seterusnya.

Tidak berarti saya sudah lulus. Ilmu ikhlas ini tidak ada sertifikatnya. Tidak ada ijazahnya. Yang ada hanya ujian. 

Jika dulu ikhlas untuk keperluan orang tua dan keluarga, sekarang dan nanti saya harus siap untuk belajar ikhlas tentang anak.

Suatu hari nanti kalau anak memilih untuk harus jauh mengejar mimpinya, saya harus ikhlas tidak lagi serumah dengannya. Terpisah jarak yang jauh.

Kalau nanti sang anak memilih karier yang tidak sesuai dengan mimpi kita, saya harus ikhlas bahwa mereka sudah menentukan jalan kebahagiaannya sendiri.

Sudah sering melepas. Sering merelakan. Sering mengikhlaskan. Terkadang saat kita merenungkan hidup, terasa lebih enteng. Tidak banyak yang harus dijaga, tidak banyak yang harus digandholi

Kata orang Jawa yang bijaksana ”nrimo ing pandum”.  Lalu, kata tetangga sebelahnya juga yang bijaksana ”lilo legowo”.

Semangat untuk semua generasi sandwich. Karena kamu adalah ”daging” keluarga. (*)

*) Wiriyadhika Gunaputra adalah penulis buku  90º Hidup Waras ala Generasi Sandwich. 

 

 

Kategori :