”Kasus begini tabu di Inggris. Ketika kami mulai (riset tentang itu), para praktisi dan petugas polisi sudah tahu tentang masalah ini dan harus mengatasinya, tetapi problemnya belum terungkap, atau belum dibicarakan secara terbuka. Sudah umum diketahui, tetapi masih banyak yang tersembunyi.”
Condry fokus pada kriminologi, spesifik pada keterkaitan antara kejahatan dan keluarga.
Condry: ”Ketika ibu dibunuh, mereka cenderung berusia tua, dan cenderung sangat terisolasi, sering kali merawat anak laki-laki yang mengalami gangguan mental.”
Pembunuhan ayah lebih sering daripada pembunuhan ibu oleh anaknyi, dikaitkan dengan kekerasan di masa kanak-kanak.
Condry: ”Selama bertahun-tahun, di Inggris ratusan ibu dibunuh putra mereka. Ada ketidakadilan yang nyata bahwa perempuan, baik tua maupun yang setengah baya, yang berada dalam situasi ini, terpinggirkan sedemikian rupa sehingga tidak ada yang bertanya dan tidak ada yang benar-benar menceritakan kisah mereka ketika mereka dibunuh.”
Jadi, Condry belum berani merilis teori terkait itu. Apalagi, tentang anak perempuan membunuh ibu kandung, hampir tidak ada di Inggris.
Di Indonesia pun sangat jarang. Khususnya, dilakukan anak perempuan yang waras (tidak gila). Pernah kejadian, tapi caranya diracun. Tidak ada anak perempuan yang berani menikam ibunyi bertubi-tubi seperti kasus di Medan. Ini kasus langka.
Pastinya, masyarakat prihatin sekaligus kepo, mengapa itu bisa terjadi? Kekepoan masyarakat bertujuan berjaga-jaga jika punya anak dengan tanda-tanda khusus yang punya potensi menyakiti ortu. Dengan begotu, ada antisipasi sebelum kejadian.
Sayang, riset tentang itu masih langka. Bahkan, di Inggris, semua kasus dilakukan anak laki-laki. Juga belum dipublikasi teori tentang itu. Para ilmuwan masih enggan. Sebab, warga sana menganggap kasus tersebut begitu tabu.
Bagi ibu, apa pun akan diberikan buat anak yang dilahirkannyi. Apa pun akan dia perjuangkan demi hidup kondisi baik anak-anaknyi. Termasuk, mereka akan ikhlas jika anaknyi membunuhnyi.
Namun, pembunuhan kejahatan terkeji. Apalagi, dilakukan oleh orang yang sangat menyayangi pelaku. Memilukan. Sulit diterima logika. Mungkin, ada sesuatu yang salah pada logika pelaku. Itu masuk ilmu kriminologi-psikologi. Siapa yang mau merisetnya? (*)