Grup Asia Pasifik, misalnya. Selama empat bulan itu kami mengunjungi Tianjin, Shanghai, Wilayah Otonomi Khusus Guangxi, Provinsi Sichuan, dan Provinsi Yunnan. Beberapa orang juga ada yang terpilih meliput ke Mongolia Dalam, Guangdong, Zhuhai, hingga Hainan.
GRUP ASIA PASIFIK berfoto bersama di depan para siswa SMA Malipo, Provinsi Yunnan.-Dokumen Pribadi-
Boleh dibilang, sepanjang empat bulan ini kami mengunjungi lebih dari selusin kota di Tiongkok. Dengan berbagai karakternya. Mulai kota modern dengan robotnya, hingga pedesaan dengan jejak rumah lempungnya.
Tentu, makin lama kami makin akrab. Betapa tidak. Tinggal satu kompleks, bepergian satu bis, menginap satu hotel. Sudah lebih dari teman. Sudah jadi keluarga.
Nah, keluarga baru itulah yang kini akan segera berpisah. Kembali ke rumah masing-masing, terpisah ribuan kilometer. Seperti kata Vighnesh, hanya keajaiban yang bisa mempertemukan kembali…
Karena itu, Beijing yang dingin pun menjadi terasa melankolis. Pas dengan atmosfer hati yang enggan berpisah.
BACA JUGA:Menjelaskan Cetak Biru Pembangunan Tiongkok Dalam Lima Tahun Depan Melalui Empat Kata Kunci
BACA JUGA:Tiga Ibu Kota Kuno di Jalur Sungai Kuning: Menyusuri Jejak Peradaban Tiongkok dari Shang hingga Song
’’Padahal, dua bulan lalu, rasanya program ini terlalu panjang. Sudah pingin pulang saja,’’ ucap Filomeno Martins, jurnalis dari Timor Leste. Eh, sekarang tiba-tiba sudah menjelang akhir.
Filomeno inilah yang kerap menjadi tuan rumah dalam hari-hari terakhir kami di Beijing. Di situlah kami merencanakan penampilan untuk ’’wisuda kelulusan program’’ besok.