Harus diakui, grup Asia-Pasifik memang mengasyikkan. Para jurnalisnya cepat akrab. ’’Soalnya, kita semua mengalami hambatan yang sama: bahasa,’’ kata saya. Memang, bahasa asal grup Asia-Pasifik sangat beragam. Maka, mau tak mau, kami harus memaksa diri menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari.
Grup Arab, misalnya, semuanya berbicara dalam bahasa Arab. Begitu juga grup Afrika yang bahasa asalnya adalah Inggris atau Prancis. Sebagian besar anggota grup Amerika Selatan juga berbicara bahasa Spanyol.
HARIAN DISWAY (kanan) bersama, dari kiri, Tanzil Rahaman (Bangladesh), Filomeno Martins (Timor Leste), Mahdi Rezai (Afghanistan), Sumudu Jayawera (Srilanka), dan Vighnesh (India) makan siang di Kedutaan Besar Srilanka.-Dokumen Pribadi-
Di grup Asia Pasifik, negara-negara yang bertetangga dempet pun bahasanya beda. Misalnya, Thailand-Kamboja-Vietnam-Myanmar. Atau Pakistan-India-Srilanka-Bangladesh. Sehingga, Inggris adalah satu-satunya bahasa pilihan. Ada yang lancar, ada yang terbata-bata. Ada yang casciscus, ada yang otaknya harus bekerja keras secara bilingual.
Lewat perbincangan itulah kami mencoba ’’bertahan hidup’’ di Tiongkok. Tentang ribetnya setiap saat menggantungkan diri dengan aplikasi penerjemah. Tentang betapa lamanya program yang harus dijalani. Tentang kulit yang bermasalah saat musim dingin tiba.
Tetapi, lebih banyak pula cerita tentang kebanggaan. ’’Ini luar biasa. Wawasan dan pengalamannya banyak banget,’’ kata Filomeno, jurnalis yang pernah mengikuti lawatan Paus Fransiskus di Asia Tenggara tersebut.
Terlebih, beberapa orang memang baru kali pertama ke luar negeri. Salah satunya adalah Ioanne Tomu Bulumanu, jurnalis dari Fiji. ’’Saya itu ya baru kali ini punya paspor. Pertama kali mengurus visa. Sampai di Bandara Beijing, saya sampai mencubit tangan saya sendiri. Biar yakin bahwa ini bukan mimpi,’’ kata lelaki 27 tahun tersebut.
SELFIE DI LIFT setelah menuntaskan peliputan , November 2025.-Dokumen Pribadi-
Hari-hari ini, tugas terkait program CIPCC memang sudah kelar. Tapi, ada tugas baru lagi bagi kami. Yakni, merangkai kepingan kenangan. Lewat foto yang akan ditampilkan sebagai video. Yang akan jadi pengiring paduan suara kami. Ya, paduan suara spesial para jurnalis yang berlatih secara otodidak. Dengan lagu yang kami aransemen sendiri.