Melihat Bersama #SetaraBerkarya, Saat Anak Disabilitas Menjadi Seniman di Surabaya

Selasa 16-12-2025,12:01 WIB
Reporter : Tira Mada
Editor : Mohamad Nur Khotib

SURABAYA, HARIAN DISWAY — Ada sore ketika seni terasa lebih jujur. Tidak sibuk menjelaskan diri, tidak meminta validasi. Di Pacific Sky Hall, Dafam Pacific Caesar Surabaya, anak-anak disabilitas menunjukkan bahwa berkarya tidak selalu tentang kesempurnaan teknis, melainkan keberanian menghadirkan sudut pandang yang apa adanya.

Lewat acara Melihat Bersama #SetaraBerkarya yang digelar Minggu, 14 Desember 2025, mereka hadir bukan sebagai peserta program sosial, melainkan sebagai seniman. Kamera, kuas, dan nada menjadi alat untuk menyampaikan cerita yang selama ini jarang diberi ruang.

Sebanyak 18 anak disabilitas dari berbagai wilayah di Jawa Timur memamerkan karya fotografi yang mereka hasilkan sendiri. Setiap foto memotret dunia dengan cara yang personal, jujur, dan sering kali tak terduga.

BACA JUGA:Inklusivitas yang Masih Pincang: Catatan Kritis di Hari Disabilitas

BACA JUGA:BRI Sahabat Disabilitas, Dorong Difabel Berdaya Melalui Kegiatan Pelatihan dan Pemagangan

Ada potret yang riuh oleh warna, ada pula yang sunyi dan sederhana. Namun justru dari perbedaan itulah lahir kekuatan, karena setiap karya berdiri sebagai cermin pengalaman hidup masing-masing senimannya.


Aksi live painting oleh dua seniman tuna rungu-wicara, Pina dan Kiking-Istimewa-

General Manager Dafam Pacific Caesar Surabaya, Hogi Budiarto, menyebut karya-karya tersebut mengubah cara pandang tentang kreativitas.

“Anak-anak ini berkarya bukan untuk membuktikan apa pun, tetapi untuk menunjukkan bahwa kreativitas adalah hak setiap manusia,” ujarnya.

Bagi mereka, memotret bukan sekadar menekan tombol kamera. Proses itu menjadi cara membaca dunia, memahami emosi, dan menyampaikan perasaan yang tidak selalu mudah diucapkan dengan kata-kata.

Musik turut menjadi bahasa lain dalam perayaan ini. Krisna, Willy, dan Rafly, tiga musisi tuna netra, membuka acara dengan alunan lagu yang hangat dan penuh rasa. Penampilan mereka menghadirkan pengalaman mendengar yang membuat penonton berhenti sejenak.

BACA JUGA:Paroki Santo Mikael Perak Rayakan Hari Disabilitas Internasional dengan Ekaristi dan Ramah Tamah

BACA JUGA:Rise the Dream Tampilkan Kreasi Kolaboratif Anak Disabilitas dan Brand Lokal

Tanpa melihat, mereka justru mengajak banyak orang untuk merasakan. Nada demi nada membuktikan bahwa kepekaan dapat tumbuh dari ruang yang sering dianggap sebagai keterbatasan.

Di sudut lain ruangan, Kiking dan Pina, dua seniman tuna rungu-wicara, melukis secara langsung di hadapan pengunjung. Gerak kuas mereka tenang, seolah setiap warna adalah kalimat yang sedang dirangkai.

Kategori :