Pemerkosaan di Luwu Timur Pelik
Dikutip dari Project Multatuli, Jumat (8/10), kronologi kasus (diringkas), begini:
Pada 2019, RA membiarkan empat anaknyi sering dijemput dari sekolah oleh SA. Sebab, SA adalah ayah kandung anak-anak itu walau SA-RA sudah bercerai. Anak-anak dijemput, dibawa tinggal bersama SA.
Sore, awal Oktober 2019, RA memandikan salah seorang anak wanita. RA melihat, ada lebam di paha anaknya. Lalu, dia bertanya ke anak, dijawab si anak, itu akibat jatuh saat main.
Malam, masih di awal Oktober 2019, RA mencuci piring setelah makan bersama anak-anak. Mendadak, anak bungsu (wanita) mengeluh sakit pada bagian vagina.
RA segera memeluk si bungsu. Namun, ia kurang begitu jelas mendengar keluhan si bungsu. Lalu, dia bertanya kepada anak yang lebih besar:
”Nak, apa dibilang adek tadi?”
”Tidak ji, Mamak,” jawab anak sulung (wanita).
”Mamak sayang sekali. Sayang sekali. Kalau ada masalah, ceritakan sama Mamak. Mamak jadi penolong dan pelindung ta. Masak sama Mamak tidak berani?”
Anak-anak RA terdiam. RA masih penasaran. Mendesak begini:
”Bilang, Nak. Kalau anak ada sakit, Mamak tidak tahu. Sakitkah, Nak?”
Si sulung terdiam lama. Kemudian menangis. RA kaget, panik. Si sulung, dengan suara pelan seperti tercekik, berkata:
”Mamak… Ayah na anu pepe’ ku.” (Ayah melakukan sesuatu ke vagina saya, Red).
RA kaget. Panik. Menangis. Merebahkan badan ke sandaran sofa, lalu berkata:
”Jangan main-main, Nak. Jangan ki main-main.”
”Iye, Mamak. Iye.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: