Setiap Kain Berfilosofi

Setiap Kain Berfilosofi

Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai penutup badan. Sekarang beralih menjadi identitas diri. Sekaligus sarana mengapresiasi seni. Artine Kain, penyedia kain dan busana yang ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih memahami makna dari tiap goresan gambar di kain yang dipakai.

Artine baru saja merilis koleksi Gemah Ripah. Berasal dari kosakata terkenal gemah ripah loh jinawi yang diartikan sebagai kedamaian serta kesejahteraan abadi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dibeberkan makna kalimat tersebut sebagai tenteram, makmur, serta sangat subur tanahnya.

Koleksi ini diharapkan dapat menyimbolkan nilai-nilai pada kalimat tersebut. Dikaitkan dengan rasa keikhlasan dalam kehidupan manusia. Visi utamanya tak lain adalah melestarikan peribahasa Bahasa Jawa dalam bentuk yang berbeda. Warna-warnanya pun dominan earth tone.

Terdapat empat koleksi. Dinamai Gemah, Ripah, Loh, dan Jinawi. Masing-masingnya memiliki makna tersendiri. Gemah menampilkan warna hijau dengan unsur cokelat. Merepresentasikan sawah, petani, dan gunungan.

Menampilkan bentuk yang menggambarkan kontur banyaknya gunung vulkanis di pulau Jawa sebagai pertanda keberuntungan serta kesucian. Pola garis membawa arti positif.

Selanjutnya Ripah. Menampilkan nuansa biru dengan makhluk hidup di dalamnya. Ditambah dengan tulisan Parangkusumo yang dipercaya sebagai gerbang menuju Laut Selatan.

Kain jenis ini menurut Artine dimaknai spiritual sebagai kesinambungan Pulau Jawa dengan bentangan alam Samudera Hindia. Biru tersebut sekaligus memberikan kesan kebijaksanaan kepada pemakai.

Loh merupakan kain ketiga dalam koleksi ini. Tampilannya sekilas mirip Gemah. Tapi hijaunya lebih gelap dengan aksen jingga terinspirasi dari Labuhan Lawu. Padanan yang menggambarkan keseimbangan dan harapan. Sekaligus membawa pesan rasa syukur atas rahmat Tuhan atas nikmat yang diberikan kepada manusia.

Sedangkan Jinawi menunjukkan keberadaan matahari sebagai pemberi cahaya kehidupan. Polanya menunjukkan makhluk hidup yang bisa hidup dari pancaran cahaya itu. Artine ingin masyarakat merasakan kekuatan itu sebagai bentuk semangat dalam menjalani hidup.

Pemaknaan Artine dalam setiap produk merupakan bentuk kecintaan Erli Faniwati akan budaya Indonesia dan budaya Jawa. Tinggal di Yogyakarta memberikan banyak sekali inspirasi. Ia ingin membuat suatu karya  yang menampilkan serta menonjolkan keindahan budaya. Sekaligus mengedepankan nilai dan cerita di balik setiap desain kainnya.

”Menurut saya, kain itu pasti dipakai orang. Karena merupakan kebutuhan sandang yang harus ada. Jadi dengan kain, saya berharap pesan ini bisa menjangkau lebih banyak orang. Makanya Artine dapat disebut sebagai penyedia kain dengan makna mendalam,” kata Erli.

Nama Artine sendiri terbilang unik. Erli menempatkan kosakata Bahasa inggris art yang berarti seni. Digabungkan dengan in yang berarti ’di dalam’ kemudian diberi akhiran jawa ‘e’ yang bermakna ‘-nya’. Sehingga, Artine dimaknai sebagai seni di dalam media kain.

Setiap kain yang diproduksi mengedepankan budaya dan nilai-nilai kehidupan di dalamnya. Warnanya mayoritas menggunakan palet tanah. Dikemas dalam desain yang lebih modern dan dinamis. Ciri khasnya adalah kain katun dengan gambar penuh berukuran 112x200 centimeter.

Ada pula varian lain berupa scarf, kemeja, kulot, dan luaran (outer). Semua pola disematkan pada kain dengan menggunakan teknik Direct to Garment (DTG). Ini membuat lapisan warna jadi lebih awet. Warna yang ditampilkan pun lebih menyala.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: