Beri Bekal yang Aplikatif untuk Calon Koko Cici Jatim 2021

Beri Bekal yang Aplikatif untuk Calon Koko Cici Jatim 2021

Pergelaran Koko Cici Jawa Timur 2021 telah sampai pada fase pembekalan. Kegiatan tersebut meupakan tahap dalam penyampaian semua materi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Koko dan Cici. Para peserta harus bisa memahami dan melaksanakan materinya sehingga bisa membuka kesempatan untuk lolos ke babak selanjutnya.

PEMBEKALAN tersebut dilaksanakan secara daring. Membahas tentang semua hal terkait gelaran tahunan ini. Para peserta akan dilihat pemahamannya terhadap materi. Termasuk bagaimana mereka mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Itu akan menjadi modal untuk dapat lolos ke tahap selanjutnya.

“Ada beberapa materi pembekalan yang akan disampaikan. Mulai dari pola hidup sehat hasil kerja sama dengan Jamu Iboe. Kemudian ada materi pendalaman budaya Tionghoa. Kelas penampilan meliputi kecantikan dan ketampanan. Sama kelas tentang keberagaman dan kenegaraan,” tutur Helena Aprilia, Divisi Acara Koko Cici (Koci) Jawa Timur 2021.

Ditambah diskusi daring bisa lebih efektif menghemat waktu dan biaya transportasi. Karena para semifinalis juga berasal dari berbagai latar belakang. Seperti pekerja, mahasiswa, sampai pelajar. Ada pula yang berasal dari luar kota. Faktor jarak semakin membulatkan tekad panitia untuk menjalankan pembekalan secara daring.

Selain itu, perempuan yang sedang mengembangkan kelas balet tersebut membeberkan bahwa pihaknya sudah menghubungi pihak berkompeten sebagai narasumber. Pengalaman dan jam terbang mereka diharapkan bisa jadi ilmu berharga bagi semifinalis.

Olivia Faida sebagai ketua panitia Koko Cici Jawa Timur 2021 telah menjelaskan sejumlah peraturan yang harus ditaati para peserta. Mulai dari harus berpakaian rapi, terhubung dengan kelas daring tepat waktu, kamera harus terus menyala, serta dianjurkan untuk aktif dengan narasumber.

Petunjuk tersebut telah disampaikannya dalam pembekalan pengetahuan dasar Koko Cici Jawa Timur 2021. Momen itu dijadikannya sebagai ajang pengenalan Koci secara komprehensif kepada para semifinalis. Supaya potret seorang Koci dapat tertanam sejak dini.

“Pembekalan akan dilaksanakan sampai 12 November 2021. Semuanya secara efektif akan diberikan sejak 1 November. Materi yang disampaikan sebetulnya adalah pengetahuan dasar dari Koci. Saya berharap para semifinalis dapat mengikutinya dengan maksimal,” katanya.

Senyum Koci merupakan satu dari banyak komponen yang harus dipahami para semifinalis. Sebuah gerakan yang menjadi ciri khas para semifinalis saat bertugas mewakili instansi di depan khalayak ramai. Mereka harus tersenyum dengan gigi rapat terlihat dari depan. Didukung dengan postur tegap, dada membusung, dan posisi tangan yang rapi.

Olivia menjabarkan bahwa para finalis harus bisa melakukannya dalam durasi yang lama. Karena memang mereka harus memahami bagaimana ciri khas seorang Koci. “Sekarang kalian latihan dulu. Memang awalnya bakal pegel. Tapi lama-kelamaan pasti akan terbiasa senyum seperti itu,” tandasnya.

Untuk saat ini, kegiatan para semifinalis masih terfokus pada pembekalan. Serta menyelesaikan pengukuran badan untuk seragam wajib berupa Cheongsam untuk perempuan dan Chongsan untuk laki-laki. Semuanya dilakukan di House of Lea sebagai penyedia resmi pakaian Koko Cici Jawa Timur 2021.

Setelah itu dilanjutkan dengan pengumuman yang lolos ke tahap selanjutnya pada 15 November. Jumlahnya akan jadi lebih sedikit lagi. Nantinya hanya akan terpilih 20 orang yang melaju. Empat orang akan terhenti langkahnya di tahap semifinal.

Nathania Ella Sudiono menunjukkan gerakan wushu yang dipadu dengan modern dance.
(Foto: Rizal Hanafi-Harian Disway)

Sejumlah peserta mengetahui dan memahami hal tersebut. Oleh karenanya, mereka mengatakan akan lebih serius lagi dalam mengikuti berbagai tahap. Salah satunya Sigit Hartanto, semifinalis dari Kota Pasuruan. Dirinya sudah mantap menargetkan diri menjadi juara.

“Kalau sudah nyemplung, sekalian basah dan renang. Kalau setengah-setengah nanti akan tenggelam. Kemarin saat audisi sempat minder karena peserta lain banyak yang keren. Tapi setelah itu saya menyadari kalau tidak boleh terhenti sampai di sini. Pokoknya harus berusaha semaksimal mungkin agar bisa melestarikan budaya Tionghoa bersama Koci,” kata mahasiswa Universitas Merdeka Malang itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: