Oposisi Sunyi

Oposisi Sunyi

Sepakat untuk tidak sepakat, ”agree to disagree”. Itulah gunanya voting, dan itulah mekanisme demokrasi. Anda memegang palu bukan untuk memukul siapa saja. Palu dipakai untuk mengatur law and order, menata aturan dan ketertiban.

Demokrasi memang jalan yang membosankan dan melelahkan. Secara alamiah, manusia lahir untuk berdebat. Ada yang berdebat secara ilmiah, tapi ada juga yang berdebat seperti kusir delman yang kudanya hanya bisa melihat satu arah ke depan. Itulah sebabnya, mengapa warung kopi selalu ramai, karena di situ orang bebas untuk berdebat.

Warung kopi menjadi sumber tradisi demokrasi. Filsuf Jerman Juergen Habermas melihat obrolan di warung kopi di abad ke-18 sebagai fenomena munculnya ”ruang publik” alias public sphere.

Menurut Habermas, public sphere adalah realitas sosial yang melibatkan proses pertukaran informasi mengenai berbagai pandangan berkenaan dengan pokok persoalan yang tengah menjadi perbincangan umum, hingga terciptalah pendapat umum, public opinion (opini publik).

Dalam perkembangan masyarakat yang makin maju, proses terbentuknya  wacana menuju opini publik memerlukan perantara media massa. Dalam tatanan politik formal, konsep public sphere diejawentahkan melalui sistem perwakilan di parlemen.

Karena itu, wajar kalau di parlemen terjadi debat sebagaimana di warung kopi. Sebab, para wakil rakyat tersebut sedang melakukan praktik debat rakyat melalui forum parlemen. Itulah inti dari demokrasi modern.

The long and winding road,” kata John Lennon. Jalan yang panjang dan berliku dan sering licin. Itulah jalan demokrasi. Jangan pilih demokrasi kalau tidak sabar mendengarkan perdebatan. Pilihlah fasisme yang lebih praktis dan tidak bertele-tele. Tinggal matikan mik dan ketok palu. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: