Presiden Minta 14 Hari Tuntas

Presiden Minta 14 Hari Tuntas

PENANGANAN pasca erupsi Gunung Semeru terhambat. Tenaga untuk evakuasi korban kurang. Rusaknya 112 gardu listrik akibat guyuran abu menjadikan kawasan terdampak begitu gelap.

Satgas Gabungan langsung turun tangan, kemarin (5/12). Presiden Joko Widodo meminta penanganan itu rampung dalam 14 hari. Terutama rekonstruksi bangunan rumah-rumah warga yang ambruk diguyur guguran awan panas.

Satgas tersebut bakal dibagi ke beberapa bidang. Di antaranya, satgas pencarian, satgas pengobatan, satgas pemulihan listrik, air, dan jembatan, serta satgas logistik. Difokuskan pada titik-titik pengungsian. Yakni di tiga desa di dua kecamatan: Desa Supiturang dan Desa Curah Kobokan di Kecamatan Pronojiwo serta Desa Sumberwuluh di Kecamatan Candipuro.

”Sekitar 33 gardu sudah selesai. Sisanya akan dimaksimalkan untuk direaktivasi untuk membantu proses evakuasi,” ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat konferensi pers, kemarin. Elektrifikasi yang terganggu itu juga bagian dari dampak tidak langsung. Untuk sementara, bakal disiapkan genset di dua kecamatan tersebut.

Khofifah juga meminta agar rekonstruksi bangunan rumah yang terdampak segera dipercepat. Penyediaan lahannya harus berkoordinasi dengan Perhutani. Setelah itu, bakal didukung lebih lanjut oleh BNPB, Pemprov Jatim, dan Pemkab Lumajang.

Termasuk juga Jembatan Gladak Perak yang terputus. Harus bisa dibangun kembali di tempat yang sama atau pun di sekitarnya. Sebab fungsi jembatan itu sangat vital sebagai penghubung antara Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang.

Apalagi saat ini, dua kecamatan terdampak, yakni Kecamatan Candipuro dan Kecamatan Pronojiwo, terpaksa dipisahkan oleh putusnya jembatan tersebut. Bupati Lumajang Thoriqul Haq meminta bantuan Bupati Malang Sanusi untuk menangani warga terdampak erupsi di Kecamatan Pronojiwo. Yang letaknya di selatan Jembatan Perak tersebut.

KONDISI di Desa Pronojiwo, Lumajang setelah erupsi Gunung Semeru. Lokasi itu kemairn ditinjau Gubenur Jatim Khofifah Indar Parawansa. (Foto: Pemprov Jatim)

Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menyerahkan penanganan seluruhnya kepada BNPB. Namun, TNI juga mendirikan dua posko di dua kecamatan tersebut. Ia juga mengirimkan bantuan berupa alat berat untuk proses evakuasi.

Pertama, yang didatangkan dari Pasuruan ke Kecamatan Candipuro. Di antaranya, 3 unit buldoser, 6 unit ekskavator, 3 unit backhoe loader, 2 unit life locator, 2 unit osmosis/alat penjernih air, 1 tangki air, dan 7 unit dump truck.

Kedua, yang didatangkan dari Malang untuk Kecamatan Pronojiwo. Di antaranya 1 unit buldoser, 3 backhoe loader, 3 unit ekskavator, dan 2 unit dump truck. ”Aset-aset tadi didatangkan hari ini. Tinggal dimonitor. Kami juga sediakan helikopter dan Hercules yang standby di Malang,” jelasnya.

Peneliti Senior Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo melihat minimnya sistem peringatan dini di area Semeru. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah menetapkan aktivitas Semeru di level 2 atau waspada sebelum kejadian. Namun, tak ada peringatan agar semua warga menjauh dari Semeru. ”Status di pos pantau sudah level 2 tapi semua santai saja,” kata pakar Geofisika itu.

Seismograph menunjukkan getaran yang terus menerus dengan amplitude 24 milimeter. Getaran itu tergetar hampir satu jam mulai 14.10 hingga 15.09. Karena sudah dianggap biasa, peringatan itu diabaikan.

Ternyata yang muncul adalah material vulkanik dengan jumlah besar. Semua di luar dugaan. Masyarakat masih beraktivitas seperti biasa. Mereka kalah cepat dengan banjir lahar yang turun ke lereng.

Erupsi dibarengi dengan hujan lebat. Itu mempercepat turunnya banjir lahar. Amien menilai banjir harus dimonitor. Sehingga orang-orang yang tinggal di kanan kiri sungai bisa dievakuasi.

Pada Jumat malam warga sempat melihat lava pijar di puncak Semeru. Sabtu pagi, masih banyak penambang pasir yang masih beroperasi. ”Ternyata untuk mengingatkan mereka yang ada di tambang, kita cuma bisa teriak-teriak. Tidak ada alat apa pun. Ini harus jadi pelajaran,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: