Sambut Imlek, Koci Jatim Kenalkan Pagoda Tian Ti bareng Barongsai

Sambut Imlek, Koci Jatim Kenalkan Pagoda Tian Ti bareng Barongsai

Perwakilan Koko-cici (Koci) Jawa Timur memperkenalkan Pagoda Tian Ti di Pantai Ria Kenjeran, sebagai salah satu ikon Surabaya. Mereka mengajak serta Ksatria. Yakni kelompok barongsai dari Kota Pahlawan.

 

PUKUL setengah delapan pagi tadi (29/1), anggota Koci dan kelompok barongsai Ksatria berdatangan ke lokasi Pagoda Tian Ti. Mereka melakukan sesi foto bersama dalam rangka menyambut Imlek.

Helena Aprilia, koordinator acara yang juga finalis Koci 2020, menyebut bahwa Koci Jatim sebagai duta budaya Tionghoa, memilih Pagoda Tian Ti sebagai ikon Kota Surabaya. ’’Sebagai representasi budaya Tionghoa di Surabaya, yang menjadi bagian dari keragaman kota, juga bangsa ini,’’ jelas Helena.

Anggota Koci yang hadir mencapai 12 orang. Empat orang merupakan finalis Koci 2020, enam lainnya finalis 2021. Sedangkan kelompok barongsai Ksatria menghadirkan sepuluh pemain serta seorang koordinator.

Pagi itu matahari telah bergerak tepat di ujung kubah Pagoda Tian Ti. Beberapa cici tampak saling membantu untuk make up wajah, serta mempersiapkan selempang masing-masing. Para koko sibuk merapikan baju dan menyisir rambutnya hingga tampak klimis.

PERWAKILAN Koko Cici Jawa Timur berfoto di depan Pagoda Tian Ti. 

Kevin C, koordinator Ksatria, tampak mengoordinir para pemainnya. Mereka menyiapkan gerakan-gerakan yang cocok untuk difoto. Lima kostum barongsai disiapkan. Dua berwarna kuning, dua merah dan satu lagi orange. ’’Tidak ada latihan khusus untuk kegiatan berfoto hari ini. Anak-anak sudah tahu gerakan apa yang cocok, dan mereka sudah latihan sendiri-sendiri di rumah,’’ ujar Kevin.

Para perwakilan Koci terlebih dulu bersiap di halaman depan Pagoda Tian Ti. Mereka tampak anggun dengan mengenakan busana batik cheongsam berwarna merah terang. Motifnya burung bangau. Melambangkan umur panjang, cinta, kebahagiaan dan keberuntungan.

Para Koci berfoto bersama terlebih dulu, kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama para barongsai Ksatria. Pemain barongsai tersebut menampilkan pose unik, seperti mengangkat tinggi-tinggi kepala barongsai, kemudian pemain di depan menjejak lutut pemain yang ada di belakangnya. Jadi barongsai tersebut seolah sedang berdiri.

Semakin menggemaskan karena pemain yang berada di depan mengedipkan mata barongsai dan membuka-tutup bibir barongsai yang digenggamnya. Mereka berfoto di lantai tertinggi yang berada tepat di pintu gerbang Pagoda Tian Ti.

Selanjutnya, para koko-cici dan Ksatria berjalan memutar ke sudut timur Pagoda Tian Ti. Di sana mereka kembali berfoto dengan barongsai, juga berpasangan. Mereka juga berganti busana, mengenakan kreasi dari Dian Dudiono. Yakni Gendongan Naga.

Busana tersebut dibuat dari bahan kain gendongan. Motifnya sebagian besar liong atau naga, juga lotus atau bunga teratai. ’’Saya membuat satu busana Gendongan Naga selama dua hari. Dari mendesain hingga pengerjaannya,’’ ungkap Dian, yang juga ibu Helena tersebut.

Bahan sederhana, namun berkesan mewah dan elegan. ’’Bentuk dan motifnya saya sesuaikan dengan Imlek,’’ terang perempuan 52 tahun itu.

Busana karya Dian pernah dikenakan oleh Dahlan Iskan, founder Harian Disway bersama istrinya, saat hadir dalam acara Mamaku Ibuku di PTC Mall, 22 Desember silam.

Sumber: