Sudah Terlanjur, Masak Ditinggal…

Sudah Terlanjur, Masak Ditinggal…

Widodo Santoso juga menempuh jalur ’’lazim’’ untuk menekuni wayang potehi. Awalnya dari kerap menonton, menjadi cantrik, lalu meningkat menjadi sehu (dalang).

’’SAYA ini dulu cantrik-nya Pak Keke,’’ kata Widodo Santoso menjelang penampilannya di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang, 26 Januari.

’’Kapan ya itu?’’ tanya Widodo.

Keke tak langsung menjawab. Lelaki dengan wajah penuh kerut dengan alis memutih itu berpikir sejenak. ’’Pokoke, pertama kali awakmu sinau itu nang Gombong,’’ ucap Keke.

Widodo merasa tercerahkan. ’’Ya, di Gombong. Berarti sekitar 1993,’’ kata lelaki kelahiran Blitar, 23 Oktober 1972 tersebut.

Menurut para anggota Fu He An, para calon dalang biasanya menjadi asisten (jiju) terlebih dulu. Ini adalah strata paling awal. Mereka hanya perlu mendampingi dalang dan ikut memainkan boneka wayang. ’’Tangan dalang itu kan cuma dua. Jadi, kalau lakon yang muncul di panggung empat, ya perlu empat tangan. Itu fungsinya jiju,’’ ujar Widodo yang kini bermukim di Ngoro tersebut.

Setelah itu, para jiju itu akan berlatih memainkan alat musik. Biasanya berawal dari yang ritmis. Kalau sudah mahir, mereka baru memainkan musik melodi.

Widodo baru menjadi dalang pada 2001. Karena itu, ia tidak hanya piawai memainkan wayang potehi. Widodo juga kerap didapuk memainkan yangqin, alat musik petik yang senarnya dipukul. Seperti piano. Sehingga yangqin kerap dijuluki sebagai Chinese piano.

Lelaki berkulit legam itu bukan orang baru di dunia wayang potehi. ’’Rumah saya itu dekat Kelenteng Po An Kiong, Blitar. Jadi memang sudah sering nonton sejak kecil,’’ katanya,

DENGAN SIGAP, Widodo Santoso (kanan) ikut mengusung kotak besar berisi ratusan boneka wayang potehi.
(Foto: Boy Slamet-Harian Disway)

Widodo juga bukan satu-satunya pegiat wayang potehi di keluarganya. Kakaknya, Misran, adalah seorang dalang. Sedangkan Asih Widodo, kakaknya yang lain, adalah pemain musik.

’’Jadi, ya memang bukan barang asing,’’ ujar Widodo.

Ia memang mengakui bahwa dalang wayang potehi tidak bisa mendatangkan duit yang banyak. Kalau tidak ada tanggapan, Widodo akan kembali ke rumahnya di Ngoro. Bertani. ’’Tapi, saya tidak bisa meninggalkan wayang potehi. Sudah telanjur, mosok ditinggal,’’ katanya.

Saat tampil di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang, 26 Januari, Widodo tampak begitu bersemangat saat para siswa menyeruak ke panggung. Mereka melihat-lihat boneka yang masih ’’tidur’’.  Belum bisa bertempur dan menari-nari di tangan dalang.

’’Ayo dimainkan saja. Ndak papa,’’ kata Widodo. Sejurus kemudian, ia mencontohkan cara memainkan boneka tersebut. Tangan dimasukkan ke kantong kain, telunjuk menghidupkan kepala, tiga jari menghidupkan satu lengan, dan ibu jari menghidupkan lengan yang lain.

’’Minimal, mereka antusias dulu melihat bonekanya,’’ kata Widodo. ’’Kalau soal pertunjukannya, nanti dulu,’’ tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: