Terjebak di Pepohonan bersama Militer Ukraina

Terjebak di Pepohonan bersama Militer Ukraina

Prajurit Ukraina mengarahkan bazooka ke arah Rusia di pinggiran Kota Chuhuiv, Kamis, 9 Juni 2022. -Bud Wichers/Harian Disway-

CHUHUIV, HARIAN DISWAY - Seperti biasa, Bud Wichers tidak bilang mau ke mana. Tiba-tiba ia berhasil masuk ke Gorky Park di Kharkiv pada Rabu, 8 Juni 2022. Keesokan harinya ia sudah mengirim foto bersama tentara Ukraina di garis depan yang membawa bazooka di Chuhuiv. Jarak mereka dengan tentara Rusia cuma 300 meter.

--

Seusai mengunjungi Gorky Park di Kharkiv, Bud Wichers mengabarkan akan melanjutkan perjalanan ke timur. Makin dekat dengan garis depan medan pertempuran. Saya mengira, Budi, nama panggilannya, hanya mampu menembus pinggiran Kharkiv. 

Tak lama berselang, ia mengirim foto puluhan orang yang sedang mengantre masuk ke mini bus berwarna kuning. Laki-laki, perempuan, tua, muda, semuanya sudah menenteng tas. “Ini bukan Kharkiv,” kata Budi lalu mengirim posisinya dalam GoogleMap, Kamis, 10 Juni 2022 pukul 18.05 WIB. Di Ukraina masih jam 2 siang. 


Warga sipil di Kota Kharkiv mengantre masuk ke mini bus. Mereka adalah orang terakhir di kota itu.-Bud Wichers/Harian Disway-

Ia ternyata sudah Chuhuiv, Jaraknya 40 kilometer di tenggara Kharkiv. Kondisi kota itu lebih mengerikan ketimbang Kharkiv yang sudah hancur lebur.  Nyaris tak ada orang tersisa. Mereka yang mengantre di bus kuning itu adalah warga terakhir yang bertahan. 

Mereka tak bisa memaksa tinggal lebih lama di kota tercinta. Chuhuiv sudah jadi medan pertempuran sengit karena menjadi markas tentara Ukraina. Hampir seluruh warga kota sudah mengungsi. Tak ada makanan, air minum, atau bahan bakar untuk mereka. Jika mau selamat, mereka harus mengungsi ke Kiev dan Lviv di wilayah barat Ukraina.

Jarak mereka dengan tentara Rusia sangat dekat. Cuma 1 kilometer. Suara roket terdengar tanpa mengenal waktu. Di kota itu juga tidak ada sirene seperti di Kiev dan Lviv. Padahal, sirene sangat menentukan keselamatan warga sipil. Suaranya muncul ketika ada serangan roket mendekat. 

Budi merasakan tanah bergetar ketika roket meledak tak jauh dari tempatnya berdiri. Jika di Kharkiv Budi mendengar suara tembakan dan roket setiap menit, di Chuhuiv suara senjata itu terdengar tanpa henti. 

“The bombing is too close. Many people have been injured the last few days. Last night, they described it as hell. (Pengeboman terlalu dekat. Banyak orang terluka dalam beberapa hari terakhir. Tadi malam, mereka merasa seperti di dalam neraka, Red),” ujar fotografer kelahiran Jakarta 24 Desember 1977 yang diadopsi pasangan asal Belanda itu.

Budi tidak mau tergesa-gesa kembali ke barat. Ia penasaran ingin melihat tentara Rusia bermarkas. Agar mendapat foto itu, ia harus pergi dengan prajurit Ukraina. 

Untuk meyakinkan mereka, Budi menunjukkan hasil karyanya selama dua kali liputan invasi Rusia di Ukraina. Juga foto-foto di medan perang lain di timur tengah.

Dari sana, mereka tahu Bahwa Budi jurnalis betulan. Bukan mata-mata Rusia. Di lain sisi, prajurit Ukraina juga butuh diberitakan agar dunia tahu situasi mereka,

Gayung bersambut. Prajurit Ukraina mengizinkan Budi untuk bergabung. Mobil yang ditumpangi Budi dan translatornya, Vladimir, boleh mengekor hingga ke garis depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: