Menafsirkan Visual Melalui Audio
Seorang tunanetra yang mengapresiasi gambar dengan sentuhan jemarinya dan seorang lagi pendamping yang menjelaskan detail demi detail tiap karya yang disajikan pada pameran tersebut.--
Dari sinilah saya teringat pada metode Panofsky.
Mengalihkan Kode di Kanvas
Seni rupa terdiri dari elemen-elemen visual yang pada umumnya diserap secara visual. Sir Winston Churchill menjelaskan proses ini sebagai kriptogram (berupa kode) dalam penciptaan karya seni.
”Kita melihat objek, lalu pada palet tempat menuangkan cat, kemudian aksi pada kanvas. Kanvas menerima pesan berupa kode yang dikirim dari objek. Hal ini merupakan pengalihan bentuk dari cahaya/objek menjadi paduan cat. Hingga menjadi paduan kode-kode di kanvas berupa lukisan. Segala sesuatu yang ada di kanvas dapat diuraikan kembali, diterjemahkan sekali lagi dari paduan cat menjadi cahaya. Dan cahaya kali ini bukan dari alam tetapi dari karya seni.”
Proses pengodean tersebut, terjadi antara retina mata dan pikiran. Apa yang diterima retina adalah kumpulan titik-titik cahaya yang merangsang dan memasukkan pesan-pesannya ke otak.
Membutuhkan imajinasi dan perangkat sebagai jembatan untuk mengatasi adanya jurang pemisah yang ada di antara keduanya. Ketika kita melihat dengan mata, diproyeksikan pada retina berupa pola cahaya dari berbagai panjang gelombang dan intensitas.
Proses di atas adalah bagaimana gambar diterima oleh otak berupa cahaya yang dikodekan. Hal ini dapat juga terjadi pada bunyi yang masuk melalui pendengaran, kemudian mengirim kode-kode ke otak seperti peristiwa yang terjadi di atas.
Oleh karenanya agar otak mudah memproses informasi yang diterimanya, maka informasi tersebut bersifat umum, sederhana, dan nyata. Itulah alasan mengapa menggunakan tahap pertama metode Panofsky dalam membaca karya seni begitu efisien.
Tahap pertama adalah penguraian awal pada gambar yang terdiri dari elemen-elemen utama yang ada dalam karya. Misalnya, titik, garis, bidang, bentuk, warna, pola, tekstur, perbandingan, penekanan, dan lain-lain.
Pada tahap kedua adalah pada konteks atau latar belakang kreator.
Elemen-elemen Visual
Setiap karya seni terdiri dari bentuk dan isi, saya rasa sebagai pendahuluan untuk menghantarkan apresian pada karya seni dengan menggunakan cara pengenalan bentuk, sudah memadai.
Pada tahap tingkat lanjut pada bahasan tentang isi, membutuhkan pengalaman mengapresiasi karya seni, pemahaman tentang sejarah karya seni baik sosial maupun budaya, pesan dan makna karya seni hingga dampak psikologis pada penonton.
Pada salah satu karya, si pendamping menguraikan tentang elemen-elemen visual pada karya Miko secara sederhana seperti dalam lukisan berjudul Sang Penuntun.
Karya Miko Jatmiko berjudul Sang Penuntun, 25cm x 30 cm, pen on paper, 2008.--
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: