Gelar Koreografer 2022 hadirkan 5 Penari dan 2 Koreografer Tamu

Gelar Koreografer 2022 hadirkan 5 Penari dan 2 Koreografer Tamu

Sejumlah penari menunjukan aksinya di atas panggung pertunjukan, saat Gelar Koreografer 2022, di Gedung Cak Durasim, Kompleks Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya, Jumat, 5 Agustus 2022. Unjuk karya seni koreografer tersebut, untuk mencari bibit koreografer -Julian Romadhon-Harian Disway

Gelar Koreografer 2022 digelar Jawa Timur. Usung tema Next Page, terdapat 5 koreografer dari berbagai daerah yang terpilih setelah melalui proses seleksi. Berpentas pada 5-6 Agustus 2022.

 

Surabaya - Setelah melalui proses seleksi dan mentoring, para koreografer unjuk gigi dengan karyanya masing-masing. Mereka adalah lima orang terpilih dari 12 kontestan lain, yang telah dibuka oleh Disbudpar Jatim dan UPT Taman Budaya Jatim. 

Mereka terdiri dari: Yussi Ambar Sari (Tulungagung), Sri Cicik Handayani (Sumenep), Patry Eka Prasetya (Sidoarjo), Errina Aprilyani (Surabaya) dan Fahmida Yuga Pangestika (Ponorogo). 

Hari pertama, tanggal 5 Agustus, Yussi menampilkan karyanya berjudul Jalan Tengah Part of Tinta Hijau. “Terinspirasi dari budaya nyethe atau mengoleskan ampas kopi pada batang rokok. Serta stigma tentang perempuan,” ungkapnya. 

Sebelumnya, terdapat pementasan Sedulur Papat Limo Pancer, yang disutradarai oleh Sekar Alit, mentor para kontestan sekaligus founder Sawung Dance. 

Terkait tema, Sekar menyebut bahwa Next Page merupakan harapan agar karya para koreografer dapat berkelanjutan. “Setelah pandemi, kita membuka halaman baru. Seni budaya hidup lagi. Tak hanya sekadar hidup, tapi harus berkelanjutan,” ungkapnya. 

Dalam hari pertama, terdapat penampil seperti Errina, yang menyajikan karya Transisi. Tentang perubahan estetiknya, ketika dulu terjun dalam tari tradisional, kini beralih ke entertaint dance. 

Ada pula pementasan dari koreografer tamu asal Solo, Agus Mbeendol, yang menyajikan karya berjudul Anjasmara. Karya tersebut berkisah tentang cerita rakyat Damarwulan. “Tentang diri Anjasmara, dan bagaimana dia memaknai tubuh dan geraknya dalam kesendirian. Dalam penantian,” ungkapnya. 

Sedangkan hari kedua, 6 Agustus 2022, tiga penampil unjuk gigi. Di antaranya adalah Cicik yang membawakan karya Tande, Patry membawakan karya Tanah Kenangan dan Fahmida, membawakan karya Sari Kembang. Ada pula penampilan bintang tamu, Otniel Tasman, dari Banyumas. Dengan karya berjudul Nosheheorit. 

Cicik, memadukan unsur tradisi “Tande”, yang mirip kesenian tandak di Jawa. “Ada tarik-menarik antara modernitas dan tradisi dalam kesenian Tande. Tapi tak menghilangkan spiritnya. Itu yang saya wujudkan dalam gerak,” terang koreografer 22 tahun itu. Sedangkan karya Patry merespons kerusakan lingkungan secara global. “Inspirasinya dari daerah saya, Sidoarjo. Dengan lumpur lapindonya,” ungkapnya. 

Fahmida dengan tiga penarinya, membawakan unsur tari jathil obyok dari Ponorogo. “Sari Kembang. Artinya dalam jathil obyok, ada sisi menarik yang bisa diangkat. Tentang tradisi dan keindahan geraknya,” terangnya. 

Sedangkan penampil terakhir adalah bintang tamu Otniel. Dengan karya berjudul Nosheheorit. Diadaptasi dari penari lengger pria Banyumas bernama Dariyah. Lima penari memaknai ketubuhan Dariyah yang menyatukan unsur feminimitas dan maskulinitas. “Ia adalah laki-laki tapi juga perempuan. Gendernya, bagi Dariyah adalah lengger itu sendiri,” ungkap Sutrianingsih, salah satu penari. (Guruh Dimas Nugraha) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: