Berhenti Berpikir oleh Ari Lancor; Siasat Realitas si Ayam Jantan
Ari Lancor di depan karyanya berjudul Pagi yang Cerah (kiri), Fokus, Pas Anakku Sunat.--
Dalam Antara, Ari bicara pengalamannya. Ketika bekerja lembur, ia mendapat kabar istrinya sakit. Spontan Ari langsung minta izin pulang demi merawat. Saat menjaga istrinya di rumah sakit itulah, pikiran pria yang berdomisili di Sleman itu berkecamuk.
Suasana tak menentu saat Ari Lancor menunggu istrinya yang sakit menjadi lukisan Antara.
Satu sisi ia berharap penuh agar istrinya sembuh. Namun di sisi lain, ia dihantui perasaan cemas terhadap kemungkinan-kemungkinan buruk. “Nasib orang siapa tahu? Perasaan itu jadilah Antara,” ungkapnya.
Dengannya Ari membagi beberapa sisi dengan garis-garis spontan. Begitu pun tiap warna yang dibagi dalam bidang-bidang. Nuansa kecamuk dan gejolak begitu terasa.
Suasana getir, kelam, namun di beberapa bagian tampak cerah, adalah gambaran perasaan yang dapat dibangun dalam Antara.
Sebagai ekspresi diri, maka melukis bukan pekerjaan dan bukan profesi buat Ari. Melainkan sebagai sarana terapi diri. ”Setidaknya karena setiap kali melukis, saya damai dan tenang. Usai melukis, puas dan lega. Segala yang jadi beban pikiran bisa lepas,” ungkapnya.
Sebagai jalan hidup, Ari tak dapat dipisahkan dari aktivitas itu. ”Tapi kalau saya mendapatkan hasil dari melukis, itu nilai tambah yang harus dinikmati,” terangnya.
Maka selama pameran Berhenti Berpikir yang berakhir pada 10 Agustus lalu, Ari tak pusing tentang laku-tak laku. Bahkan tak ada harga tertentu untuk setiap karyanya yang dipajang. Ari lebih ingin membuka kesempatan kepada orang lain untuk memberikan penghargaan pada karyanya.
”Bagi yang paham bagaimana cara menghargai dan mencintai karya, harga bukan patokan. Berapa pun nilainya bisa saja saya lepas. Malah kadang ada yang saya berikan begitu saja,” ujarnya, lantas tertawa.
Lukisan berjudul Perjanjian dan karya mix media berjudul Berhenti Berpikir.
Namun sebaliknya, Ari bisa sangat sulit melepaskan karya yang memiliki keintiman khusus dengannya. Sebab karya yang memiliki keintiman dengannya itu memang betul-betul mencerminkan dirinya sendiri.
”Yang begitu biasanya akan saya lepas kepada orang yang betul-betul tertarik. Saya minta ia menunggu sampai saya sendiri ikhlas melepas,” ungkap pria kelahiran Grobogan, 23 September 1976 itu.
Lukisan yang berkategori demikian itu salah satunya berjudul Cuma Kamu, buatan 2019. Berobjek celana dalam perempuan penuh robekan, tergantung di tali jemuran.
Ari merepresentasikan kekaguman terhadap perempuan. Derita dan perjuangan yang dialami perempuan bagi Ari, sejatinya jauh lebih berat dari yang dialami laki-laki.
Perempuan itu tak lain ibu serta istrinya. ”Kain robek ibarat perjuangan keras. Contohnya saat bersalin. Seorang ibu harus rela bagian tubuhnya robek, demi melahirkan anaknya, bukan,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: