HKTI Jatim Kampanyekan Konsep Pertanian Organik di Tengah Pengurangan Subsidi Pupuk

HKTI Jatim Kampanyekan Konsep Pertanian Organik di Tengah Pengurangan Subsidi Pupuk

Bupati Ngawi sekaligus Ketua HKTI Jatim Ony Anwar Harsono saat panen raya 26 Juli 2022.-Humas Pemkab Ngawi-

NGAWI, HARIAN DISWAY - Petani tak lagi bebas membeli pupuk murah. Pemerintah hanya memprioritaskan 9 dari 26 komoditas yang selama ini disubsidi. 

Yang bisa membeli pupuk bersubsidi hanya petani padi, jagung, dan kedelai untuk tanaman pangan. Kemudian, ada cabai, bawang merah, bawang putih untuk tanaman hortikultura. Lalu, tebu, kakao, dan kopi rakyat untuk tanaman perkebunan. 

Jenis pupuknya pun hanya dibatasi untuk urea dan NPK. Urea dibutuhkan untuk membuat daun lebih segar, hijau, dan  rimbun. Sedangkan NPK membantu pertumbuhan tanaman agar berkembang secara maksimal.

Pembatasan kebijakan itu berlaku sejak munculnya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tentang Tata Cara Penetapan Alokasi Dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian.  

Subsidi pupuk dikurangi, tetapi pangan harus tetap tersedia,” ujar Ketua Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) Jatim Ony Anwar Harsono di gedung Wedya Graha, Ngawi, Selasa 30 Agustus 2022. Ony yang juga Bupati Ngawi mengatakan, persoalan pelik itu harus dihadapi semua stakeholder. Termasuk petani.

HKTI Jatim menggandeng Polda Jatim, Polres Ngawi, serta Pupuk Indonesia dalam pencarian solusi. mereka menggelar acara bertajuk: Giat Sosialisasi HKTI di Pendopo Ngawi.

Menurutnya, HKTI adalah bridging institution yang harus menjembatani pemerintah dan petani. Agar sosialisasi dirasakan semua pihak, HKTI dan Polda Jatim bakal menggelar roadshow ke kabupaten atau kota lain. 


Pertemuan HKTI JATIM, Polda Jatim, Polres Ngawi, Pupuk Indonesia, serta perwakilan distributor dan kios pupuk di Wedya Graha, Ngawi.-Polda Jatim for Harian Disway-

Pembatasan yang dilakukan pemerintah bertujuan untuk mengurangi residu pupuk kimia yang memprihatinkan. Residu nya sudah mengendap sebanyak 38 persen di lahan pertanian. Saat hewan-hewan sawah mati karena bahan kimia itu, yang muncul justru tikus dan wereng.

“Salah satunya, kita harus beralih ke pertanian ramah lingkungan,” kata Ony. Pengurangan bahan kimia harus dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tanah dan keseimbangan hayati di sawah.

Secara bertahap, perlu adanya peralihan ke pupuk organik yang ramah lingkungan. “Yang biasa pakai kimia, mungkin pelan-pelan bisa di-mix dengan yang organik,” katanya.

Pertanian organik konsep menanam tanaman secara alami dengan penekanan terhadap perlindungan lingkungan dan pelestarian tanah serta sumber air yang berkelanjutan. Petani tak memakai pupuk buatan yang berasal dari pestisida, atau makanan dari hasil modifikasi genetika. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: