Ketika Empat Universitas Ternama Gelar Pameran Karya Bersama

Ketika Empat Universitas Ternama Gelar Pameran Karya Bersama

SUASANA pameran seni rupa Dharma Tirta Matra yang digelar di gedung Q1 UK Petra Surabaya, setelah dibuka pada Rabu, 12 Oktober 2022. -Alyara Hananda-Harian Disway -

SURABAYA, Harian Disway - Potret seorang ibu yang tengah menggendong anak lelakinya mungkin tak terasa sepilu itu. Jika saja sang ibu tidak menampakkan wajah pucat kelelahan, menanggung beban fisik dan psikis yang teramat berat. Dan jika saja sang anak tidak meronta dari balutan selendang. Seakan iri melihat teman-teman sebayanya bebas bermain berlarian.

Dan jika saja foto itu tidak diambil beberapa bulan sebelum si anak dipanggil Tuhan.

Foto ibu dan anak itu diberi judul Senyum Bahagia di Natal Terakhirmu. Karya Dr Andrian Dektisa H, pengajar prodi Desain Komunikasi Visual UK Petra. Momentum itu dibidik Andrian saat perayaan Natal di GKJ Salib Putih Salatiga, pada 2018 lalu.

’’Jadi sejak kecil hingga remaja, karena terlahir cacat, anak itu selalu digendong ibunya. Natal 2018 adalah natal terakhir anak itu sebelum meninggal,’’ ungkap Andrian. Teknik monokrom ia gunakan untuk menangkap kesan dramatisasi visual. Potret seorang ibu yang lembut seperti air, mengalir, namun kuat dan pantang menyerah demi sang putra.

Foto itu adalah salah satu karya yang dipamerkan dalam acara Dharma Tirta Matra. Yang diselenggarakan oleh empat universitas top yang memiliki program studi seni. Yakni UK Petra Surabaya, ISI Denpasar, Universitas Ciputra Surabaya, dan Telkom University. Kebetulan, UK Petra jadi tuan rumahnya.


BEBERAPA pengunjung pameran asyik mengamati dan mendokumentasikan sebuah karya desain berjudul Hope, yang berbasis ilmu seni rupa nirmana. -Alyara Hananda-Harian Disway-

Tak hanya pameran, keempat universitas tersebut juga mengadakan seminar dan workshop. Keempat penyelenggara berharap, makin gencarnya kegiatan seni dan desain bakal membuat masyarakat umum semakin dapat mengapresiasi karya para seniman dari empat universitas tersebut.  

’’Karya yang dipamerkan tentu saja telah melalui proses review terlebih dahulu oleh kurator yang ditunjuk dari masing-masing universitas,’’ jelas Ronald Sitindjak, pelaksana kegiatan dari UK Petra.

Kenapa acaranya diberi tajuk Dharma Tirta Matra? Ronald menjelaskan, Dharma dapat dimaknai sebagai kewajiban akademisi untuk mendiseminasikan karya kepada masyarakat. ’’Maka itu, pameran dibuka untuk umum. Siapa saja boleh datang untuk mengapresiasi. Ini juga jadi salah satu upaya kami untuk menyemarakkan dunia seni budaya di Indonesia, khususnya lingkungan akademis,’’ paparnya.

Tirta artinya air. Salah satu elemen paling penting dalam kehidupan. Sedangkan matra berarti bentuk. Maka, secara keseluruhan, Dharma Tirta Matra dapat diartikan bahwa konsep air menjadi inspirasi atau landasan dalam penciptaan sebuah karya.

Tidak mengherankan kalau sebagian besar karya yang dipamerkan mengeksplorasi tema air. Baik karya lukisan, fotografi, desain komunikasi visual, desain interior, desain produk, seni lukis, patung, kriya, hingga busana.  

Pameran itu berlangsung selama lima hari. Dibuka Rabu lalu, 12 Oktober 2022. Dan bisa dinikmati hingga Minggu, 16 Oktober 2022. Total yang ditampilkan mencapai 250 karya. Dari jumlah itu, tim UK Petra memamerkan 55 karya. Bukan hanya buatan dosen. Tapi juga mahasiswa.

Karya seni rupa, fotografi, dan desain dipamerkan di Gedung Q1. Mereka dipajang dalam panel-panel kayu. Sedangkan karya interior ditampilkan di sudut utara gedung.


KARYA DESAIN tas tangan, tas emergency, serta sepatu sneakers keren buatan para akademisi Telkom University menarik perhatian pengunjung. -Alyara Hananda-Harian Disway-

Para akademisi dari Telkom University memamerkan desain tas, sepatu, dan dompet. Arini Arumsari misalnya, membuat tas yang bertajuk Enlighten, terbuat dari kain brokat. Ada juga Salsabila Ayunda yang memamerkan karya protege emergency backpack. Tas ransel berukuran besar yang dapat digunakan untuk menyimpan peralatan medis.

Ronald sendiri, bersama dua dosen lain, Laksmi Kusuma Wardhani dan Diana Thamrin, membuat desain interior berupa bangku tamu berkonsep vintage serta kursi sulur. ’’Kalau kursi sulur, terinspirasi dari sulur tumbuh-tumbuhan. Dari bentuknya, kursi sulur tak hanya memenuhi fungsi guna, tapi juga fungsi simbol. Diletakkan di sudut rumah, jadi artwork atau pajangan seni yang menarik,’’ ujar dosen berusia 46 tahun tersebut.

Sedangkan kursi yang berkonsep vintage, terbuat dari kayu dan memiliki serat-serat rotan sintetis. Layaknya kursi tempo dulu. Namun didesain dengan inovasi bentuk kekinian. Lebih lebar dengan dua sudut melengkung di bagian belakang.

Untuk karya busana, desainer ternama Embran Nawawi turut memajang karyanya yang berjudul Lime Drop in Chromatic. Sebuah gaun yang didominasi ornamen berwarna hitam-putih dengan aksen hijau di bagian kerah hingga dada dan menjulur ke bawah. Untuk menambah keunikan, dosen luar biasa UK Petra itu menyematkan ornamen berupa mainan mobil-mobilan di bagian kiri, kanan dan bawah baju.


BANGKU bergaya vintage dan kursi sulur karya tim dosen Desain Interior UK Petra. Selain untuk duduk, kursi ini bisa menjadi artwork atau pajangan seni bernilai tinggi. -Alyara Hananda-Harian Disway-

Karya busana Luri Renaningtyas mengetengahkan tema air. Berjudul Oceanus Morine. Busana gaun tanpa jahitan, bermotif seperti ombak lautan dari bahan ceruty printing. Bergaya tekukan dengan pengait di beberapa sisi.

Acara Dharma Tirta Marta juga diramaikan dengan workshop branding oleh Deddi Duto Hartanto, dosen Desain Komunikasi Visual UK Petra. Dalam seminar yang digelar di ruang Amphiteater lantai 2, Gedung Q, Deddi memaparkan pentingnya segi branding karya seni.

’’Branding itu punya kekuatan. Karya seni tanpa branding, akan jadi sia-sia saja. Pembuatan nama untuk brand kita juga sangat penting. Supaya mudah diterima oleh masyarakat,’’ urainya. Maka, tak hanya sekadar berkarya, Dharma Tirta Marta juga memberi banyak wawasan yang sangat berguna bagi komunitas seni. Agar karya mereka bisa dijadikan sandaran hidup. (*)


KOLEKSI BUSANA bertema Oceanus Moire ditampilkan di ruang pamer lantai 3 Gedung Q UK Petra Surabaya. Baju-baju seamless bermotif ombak tersebut merupakan karya Luri Renaningtyas, dosen DKV UK Petra. -Alyara Hananda-Harian Disway-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: