Ada Lockdown Lagi di Tiongkok

Ada Lockdown Lagi di Tiongkok

SKRINING STATUS KESEHATAN yang harus dijalani seorang jurnalis (kiri) sebelum bisa meliput kongres Partai Komunis Tiongkok di Beijing, 21 Oktober 2022.-AFP-

TIONGKOK benar-benar tak berkompromi soal pemberantasan virus Covid-19. Dengan bingkai kebijakan nol Covid-19 ala Xi Jinping, negeri itu kembali melakukan penguncian wilayah (lockdown) di beberapa kota.

Yang terimbas, misalnya, Xining, Guangzhou, Zhengzhou, hingga Wuhan yang menjadi tempat penemuan virus tersebut pada 2019. Di kota-kota itu, sejumlah distrik dikunci. Warga diminta tinggal di dalam rumah. Gedung-gedung perkantoran tak boleh beroperasi.

Di Wuhan, misalnya. Ada 800 ribu orang di salah satu distrik yang diminta tinggal di rumah sampai 30 Oktober. Itu pun masih ditambahi bahwa durasi lockdown akan menyesuaikan situasi.

"Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jika kami masih bisa bertahan hidup seperti ini, ya kami hanya bisa pasrah,’’ kata Chang, 38, seorang warga Wuhan.

Kota itu memang melaporkan adanya 25 infeksi baru dalam minggu ini. Itu berarti ada lebih dari 200 kasus dalam dua pekan terakhir.

"Waktu kami melihat berita tentang Covid ini, kami sekarang merasa sedikit mati rasa. Dan semakin lama semakin mati rasa,’’ ucap Chang.

Sebelumnya, pabrik iPhone di Zhengzhou juga terimbas. Sebab, di kota itu, selama lebih dari tiga hari berturut-turut ada kasus yang ditemukan di situ.

Awal bulan ini, Xi Jinping juga mengisyaratkan bahwa tidak ada pelonggaran terhadap kebijakannya dalam melawan Covid-19. Ia justru menyebut kebijakan itu sebagai perang semesta untuk menghentikan virus. Semua rakyat harus ambil bagian.

Pada Kamis, 27 Oktober 2022, kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, juga menutup banyak jalan. Orang-orang yang dianggap berisiko diharuskan tinggal di rumah.

"Banyak teman dan rekan kerja saya telah dikunci di rumah," kata Lily Li, 28, salah seorang warga.

Total ada sekitar 200 penguncian wilayah yang diterapkan di seluruh Tiongkok. Warga ditandai. Mereka dibedakan menjadi yang berisiko tinggi, sedang, atau rendah. Status itu membedakan perlakuan karantina dan lockdown di wilayah mereka.

Perekonomian Tiongkok pun terus terpukul. Covid-19 membuat PDB turun 2,6 persen dalam tiga bulan terakhir dibanding kuartal sebelumnya. (Maulana Albar Naafi)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: