Tragedi Itaewon: Orang Bertumpuk seperti Domino Roboh

Tragedi Itaewon: Orang Bertumpuk seperti Domino Roboh

PEREMPUAN MEMOTRET karangan bunga dan tanda duka lain yang dipajang di luar stasiun subway Itaewon, Minggu, 30 Oktober 2022.-Anthony Wallace-AFP-

Halloween, malam perayaan berbau horor, benar-benar menjadi neraka di Itaewon. Tak ada lagi kegembiraan setelah pesta usai. Yang ada hanya tangis dan duka.

 

KIM Da-bin meninggalkan rumahnya dengan gembira, Sabtu siang, 29 Oktober 2022. Dia akan berkencan dengan pacarnya. Kencan terakhir sebelum sang pacar harus melaksanakan wajib militer.

 

’’Bu, minta uang,’’ seru perempuan 19 tahun itu sebelum meninggalkan rumah. Begitu yang diinginkan itu sudah didapat, Kim langsung bergegas.

 

Sang ibu tentu memperbolehkan Kim berpesta. Sebab, usia gadis itu sudah cukup matang untuk pergi sendiri. Bahkan, Kim adalah sosok yang mandiri. Anak kedua dari empat bersaudara itu sudah bekerja. Dia membantu menghidupi adik-adiknya setelah ayahnya tiada beberapa tahun lalu.

 

Tujuh jam kemudian, yang tiba kembali ke rumah bukan Kim. Melainkan kabar mengenaskan. Kim tewas. ’’Pacar Kim menelepon menjelang tengah malam. Katanya, anak saya ada di tengah-tengah tumpukan orang selama satu jam. Ia tidak bisa menarik Kim dari tumpukan itu,’’ kisah Ahn, 55, ibu Kim.

 

Ahn pun bergegas pergi ke Itaewon, distrik hiburan di Seoul. ’’Tapi tak ada kejelasan soal nasib anak saya,’’ ucap perempuan yang diwawancarai Yonhap News Agency di Soonchunhyang University Hospital, Seoul, tersebut. Kemarin, 30 Oktober 2022, Ahn masih bisa menemukan anaknya. Padahal, sebagian besar korban—baik yang hidup atau yang meninggal—dikumpulkan di rumah sakit tersebut.

 

Kengerian malam itu masih tertanam di benak Jarmil Taylor. Lelaki 40 tahun itu adalah tentara AS yang bertugas di Korsel. ’’Orang-orang berjatuhan, saling menimpa, seperti domino,’’ katanya.

 

Ketika itu, Taylor dan dua kawannya ikut berpesta di Itaewon. Mumpung libur. AS memang menempatkan 27 ribu pasukannya di Korsel. Jaga-jaga kalau Korut menyerang. Taylor sendiri bermarkas di Camp Casey, Gyeonggi.


TERMENUNG, perempuan ini memandang kosong ke arah karangan bunga di jalanan Itaewon.-Anthony Wallace-AFP-

 

Saat pelesir itu, Taylor sudah merasakan keanehan. Ribuan orang berjejalan. Para tentara itu pun ikut terjebak di kerumunan massa. Juga membantu menolong korban. Selama berjam-jam, sejak kira-kira pukul 22.00, para penyelamat mencoba menarik tubuh-tubuh yang sudah lemas terinjak-injak tersebut. Namun, gang sempit dan kerumunan massa membuat suasana makin parah.

 

Lokasi tragedi itu adalah sebuah gang sempit di jalanan yang menurun. Mereka yang di sisi atas terus merangsek ke bawah. Padahal, gang itu di dekat Hamilton Hotel, Itaewon, itu sudah sangat sesak. Sehingga, orang-orang mulai berjatuhan.

 

’’Sungguh, orang mulai tertumpuk-tumpuk. Berlapis-lapis,’’ kata Taylor yang terlihat lelah dan lemas ketika diwawancarai Agence France-Presse tersebut.

 

Kata Dane Beathard, tentara berusia 32 tahun, tumpukan manusia itu begitu tinggi. Puncaknya setinggi 4,5 meter. Tentu, angka ini bisa jadi tidak akurat. Sebab, Beathard menyaksikan itu dalam kondisi panik. ’’Pasti saya gugup. Kami di tengah-tengah kekacauan itu,’’ ungkapnya.

 

Suasana kacau. Dan kekacauan itu tak langsung disadari. Atmosfer Itaewon, distrik hiburan di utara Sungai Han tersebut hiruk pikuk. Musik begitu keras. 

 

’’Orang-orang panik itu membikin suasana makin tak terkendali. Mereka menginjak-injak sesamanya. Teriakan minta tolong lenyap ditelan musik yang sangat keras,’’ kata Taylor.

 

Jerome Augusta, 34, kawan Taylor dan Beathard, menyaksikan bahwa yang berjatuhan itu adalah para perempuan. Mereka dalam keadaan lemah dan lelah di dalam kerumunan. ’’Mungkin karena mereka kecil, diafragma mereka juga kecil. Dan karena panik, situasi makin buruk,’’ ucap Jerome.


KELUARGA YANG BERDUKA mencari jenazah kerabat mereka di Hannam-dong Community Center, Seoul, 30 Oktober 2022.-JUNG YEON-JE-AFP-

 

Para prajurit itu pun berada di sekitar lokasi sepanjang malam. Dengan putus asa, mereka menarik satu demi satu tubuh yang bertumpuk-tumpuk tersebut. Walaupun, sebagian besar sudah sangat terlambat. Yang ditarik adalah mayat.

 

’’Tubuh kami besar-besar. Itu pun tetap sulit untuk keluar dari gang,’’ kata Taylor.

 

’’Memang, orang bertubuh kecil seperti saya tidak bisa bernapas dalam kerumunan. Sesak sekali,’’ ungkap seorang perempuan yang ada di lokasi tragedi itu.

 

Banyak orang yang sejatinya ingin menyelamatkan diri dengan masuk ke toko-toko di sepanjang gang tersebut. Tetapi, mereka gagal. Jam buka toko sudah berakhir. ’’Mereka diusir,’’ ucap seorang saksi kepada kantor berita Yonhap.

 

Yang terang, malam itu berakhir mengerikan. Orang-orang berkostum duduk dengan wajah lelah di tepi jalan. Sebagian besar termenung sambil memandangi handphone. Sebagian lagi berpelukan dalam tangis. (Doan Widhiandono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: