Suatu Pagi, Pembantaian Anak dan Istri di Depok

Suatu Pagi, Pembantaian Anak dan Istri di Depok

-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-

Lanjut Yogen, Rizky segera bertanya ke Keke: ”Apa benar kamu mau ikut ibu?” Keke tak menjawab. Ditanya Rizky lagi, Keke tetap diam.

Lantas, Rizky masuk ke kamar, mengambil anak kedua inisial MP, bayi 1,5 tahun. Bayi itu digendong Rizky, menangis. Lalu, digeletakkan di lantai teras, depan rumah. Bayi menangis bergetar-getar. Memecah pagi.

Rizky cepat masuk rumah lagi. Menutup pintu, menguncinya. Posisi Nila dan Keke terjebak di ruang tamu.  Rizky masuk rumah, tahu-tahu sudah memegang golok terhunus. Terjadilah tragedi itu.

Pertama, dihajarnya Nila. Lima kali bacokan. Di kepala dan badan. Langsung tumbang. Keke menjerit histeris. Refleks, Keke lari ke belakang rumah. Dikejar Rizky, dengan golok berdarah-darah.

Di dapur, Rizky membabat Keke berkali-kali, sampai ia lupa berapa kali. Ke kepala, leher, badan, sampai semua jari tangan Keke putus, rontok ke lantai.

Pagi itu cuaca Depok cerah. Matahari belum sepenuhnya muncul. Langit kemerahan. Semerah suasana rumah Rizky. Banjir darah. Dua wanita mengerang menahan sakit. Ilustrasi tangis bayi meronta-ronta.

Rizky, dengan golok masih di tangan, membuka pintu depan. Keluar. Menghampiri bayinya. Menggendong di tangan kiri, sambil membawa golok di tangan kanan. Berjalan keluar halaman rumah. Ia diamankan warga yang berdatangan.

Tragedi selesai.

Yogen: ”Tersangka tidak bisa menjelaskan, bagaimana posisi anak dibantai di belakang, dekat wastafel, tapi saat ditemukan di ruang tamu. Tersangka tak bisa menjelaskan.”

Namun, polisi mengambil kesimpulan: Keke, dalam kondisi terluka parah, merangkak. Ngesot mendekati tubuh Nila. Sampai benar-benar tiba di pelukan ibunda. 

Setelah kejadian tersebut tersebar, di pagi itu juga teman sekolah Keke, laki-laki bernama Zaki, menangis hingga pingsan. Ia sekelas dengan Keke di kelas VI-A, SDN Sukamaju 9, Kompleks Cimanggis Indah, Cilodong, Depok.

Itu dikatakan Vera Hari, wali kelas Keke, kepada pers: ”Zaki pingsan gara-gara nangis terus setelah mendengar kabar hari itu Keke tidak masuk sekolah karena dibunuh.”

Vera mengisahkan, Keke murid rajin, cerdas akademik. Dia ranking ke-5 dari murid kelas VI di sana. Tidak pernah membolos, tidak pernah terlambat masuk kelas. Perilaku sopan. Selalu ceria.

Karena itu, Vera menunjuk Keke jadi ketua kelompok belajar di kelas itu. Hasil evaluasi Vera, Keke bisa memimpin, membimbing teman belajar kelompok. Hasil prestasi belajar murid jadi naik karena kelompok belajar itu.

Zaki adalah anggota kelompok belajar yang paling akrab dengan Keke. Selalu main bersama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: