Mereka Juga Pahlawan: Para Influencer Tebar Manfaat Lewat Media Sosial

Mereka Juga Pahlawan: Para Influencer Tebar Manfaat Lewat Media Sosial

ANDHIKA RASPATI, SpOK, dokter yang kini populer sebagai influencer masalah-masalah kesehatan di media sosial.-Instagram Dr Dhika-

BELAKANGAN, istilah influencer berkonotasi negatif. Sebab, ada beberapa oknum yang memanfaatkan status sebagai selebgram untuk mengeruk keuntungan. Misalnya, mengeksploitasi kemiskinan demi konten. Atau meminta barang gratisan berkedok endorsement.

Padahal, dengan menjadi pegiat media sosial, kita bisa menjadi teladan bagi banyak orang. Banyak influencer yang mampu menjadi pahlawan bagi sekitarnya. Mengunggah hal-hal kecil yang sederhana, namun punya dampak besar bagi masyarakat.

’’Media sosial adalah public sphere. Siapapun bisa mengakses dan memanfaatkannya,’’ kata Prof Rahma Sugihartati, pengamat fenomena sosial dari Universitas Airlangga.

’’Siapa pun bisa jadi pahlawan dalam sumbangannya masing-masing. Pada era digital, jadilah pahlawan melalui unggahan-unggahan yang kontributif. Sehingga bukan lagi metanarasi atau grand narrative, tapi partikularisme. Kecil, tapi bermanfaat,’’ papar dia.

Untungnya, saat ini makin banyak influencer yang menyadari perannya dalam mempengaruhi perilaku masyarakat. Mereka berasal dari berbagai bidang. Ada yang dari kedokteran, fashion, parenting, pendidikan, hingga bisnis. Yang mereka bagikan bukan hal-hal besar. Bukan kebijakan pemerintah. Bukan pula resolusi PBB atas permasalahan dunia. Tapi berguna bagi netizen.

Seperti yang dilakukan Jessica Pricillia Suwandhy. Sebagai food blogger yang dikenal sebagai Cece Kuliner, dia tak hanya mengulas resto dan kafe mahal saja. Dia justru sering memperkenalkan warung-warung kaki lima. Juga produk-produk UMKM. Asal, rasanya benar-benar enak.


DOYAN MAKAN, Jessica Pricillia Suwandhy ingin lebih berkontribusi mengembangkan kuliner daerah dan produk UMKM yang belum terkenal. -Instagram Cece Kuliner-

Misalnya dalam unggahan 21 Oktober 2022. Dia menemukan penjual es lilin menggunakan sepeda pancal. ’’Jadi nostalgia nih. Dulu waktu kecil sering jajan Es Wawan di sekolahan,’’ tulis Jessica pada caption. Dia menambahkan informasi seputar rute penjual es tersebut. Sehingga followers yang kepingin minum es bisa mencari si bapak.

Berkat unggahan-unggahannya, masyarakat merasa terbantu. Direct message (DM) dan komentar membanjiri akun @cecekuliner. ’’Ada warung yang menawarkan endorse, ada yang bertanya soal rasa makanan, juga nanya lokasi,’’ tutur perempuan 32 tahun itu.

Banyak pedagang kecil yang pernah di-post Jessica kini sukses. Mereka mengucapkan terima kasih lewat DM. ’’Mereka heran. Kok tiba-tiba jadi laris? Ternyata banyak pembeli bilang bahwa mereka datang ke tempatnya setelah melihat Instagram saya,’’ cerita Jessica.

Harus diakui, banyak produk kuliner lezat yang kurang populer. Kebanyakan karena penjualnya belum melek media sosial. Di situlah Jessica mengambil peran. ’’Selain gemar posting berbagai macam kuliner, saya ingin berkontribusi bagi pengusaha kecil di bidang tersebut,’’ tutur alumnus Desain Komunikasi Visual UK Petra itu.

Edukasi Humor

Dari dunia kesehatan, dr Andhika Raspati, SpKO boleh dibilang sebagai influencer favorit. Jarang terlibat kontroversi, kontennya simpel, dan mudah dipahami. Apalagi, spesialis kedokteran olahraga itu jago melawak. Tiap edukasi diselipi humor. Sehingga 134 ribu followers-nya tidak merasa dikuliahi.   

Dokter yang berpraktik di Klinik Utama Eminence, Jakarta, itu kerap membagikan hal-hal ringan yang jadi perdebatan di masyarakat. Misalnya, mitos bahaya minuman dingin, karbohidrat, tidur mendengkur, dan sebagainya. Waktu pandemi lagi hebat-hebatnya, Dhika sering membuat konten tentang Covid-19.


SALAH SATU konten Dr Andhika Raspati yang meluruskan perdebatan soal boleh tidaknya berenang di kolam renang umum selama pandemi Covid-19. -Instagram Dr Dhika-

’’Saya coba meluruskan. Misalnya, ketika membuka web tentang kesehatan, ada yang menulis bahwa air dingin menyebabkan kanker, penumpukan lemak perut, dan semacamnya. Itu tidak benar,’’ tutur dokter 33 tahun itu. Yang benar, jika air dingin masuk ke dalam pencernaan, maka suhunya akan menjadi hangat.

’’Dalam unggahan 14 Oktober 2022 saya menulis bantahannya. Enggak bener minum air dingin berbahaya. Kecuali lu keturunan reptil atau mahluk berdarah dingin,’’ ujarnya, kemudian tertawa. Ia menyayangkan banyaknya website kesehatan yang tak menyertakan referensi ilmiah. Sehingga informasinya membuat resah masyarakat.

Dhika sudah lama membuat konten edukasi di Instagram. Awalnya, ia khusus membahas olahraga. Karena video pendek belum ngetren, dokter 33 tahun itu membuat meme. Fotonya sendiri ia edit, lalu diberi tulisan lucu.

Misalnya, ada foto Dhika sedang menerapi pasien. Lalu terjadi percakapan seperti ini: ’’Dok, olahraga angkat beban malem-malem aman, nggak?’’ Dhika balik bertanya, ’’Angkat beban gimana nih?’’ Si pasien menjawab, ’’Angkat tipi orang jam 2 malem gitu.’’ Ah elah… Nah, di caption, barulah ia menjelaskan soal olahraga angkat beban.

Berkat unggahan-unggahan Dhika, masyarakat lebih memahami perkara kesehatan. Tidak gampang panik oleh rumor. Juga tidak menelan mentah-mentah apa yang ada di internet.

Sharing Parenting

Jessica dan Dr Dhika adalah aktualisasi partikularisme pengguna media sosial. Membagikan hal kecil, namun bermanfaat besar bagi masyarakat. Begitu pula Yovita Lesmana, sosok inspiratif di bidang parenting. Dia kerap membagikan hal tentang mengasuh anak.


UNTUK SHARING, Yovita Lesmana (kanan) mengunggah momentum ketika mengajak putri dia, Majoli, bertemu psikolog Febria Hastati sebelum mendaftar sekolah. Konten Yovita berguna buat para orang tua. -Instagram Yovita Lesmana-

’’Kebetulan saya punya dua anak yang masih balita. Saya sering berbagi soal pola pengasuhan. Meski awalnya tak bergerak di situ,’’ tutur Yovita. Dulu, dia adalah konsultan bisnis. Saat berbagi tentang parenting, ternyata kontennya ikut viral juga. Maka Yovita tak ingin disebut sebagai influencer. ’’Karena saya sebenarnya tidak ke arah sana. Bisa bermanfaat bagi banyak orang itu saja sudah berkah,’’ ujar dia merendah.

Konten-konten Yovita umum dihadapi para orang tua. Seperti, soal anak yang susah makan, melatih kemandirian, dan sebagainya. ’’Dalam setiap unggahan, saya tidak berusaha menggurui. Saya sharing apa yang saya rasakan,’’ jelas Yovita. ’’Waktu anak saya umur tiga tahun, misalnya. Ketika makan, saya biarkan dia makan sendiri. Tanpa disuapi. Akhirnya sekarang dia jadi mandiri,’’ imbuh perempuan dengan 107 ribu followers itu.  

Para pegiat media sosial punya andil besar bagi masyarakat. Cece Kuliner, Dr Dhika dan Yovita adalah sosok inspiratif, yang mempergunakan media sosial dengan positif. Membuat unggahan berkualitas yang bermanfaat buat publik. (*)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: