Ulang Tahun ke-75, Hermawan Kartajaya Hibahkan Tubuh untuk Riset
Hermawan Kartaja mengenakan kostum bergambar wayang kulit Kresna. -Boy Slamet-Harian Disway-
Untuk ulang tahun ke-75 ini memang khusus. Saya juga sempat berdiskusi dengan salah satu teman, Ustadz Yusuf Daud. Beliau malah ikutan tertarik ingin jadi kadaver.
Jadi inilah yang saya maksud The Beginning of The End. Permulaan dari fase terakhir saya untuk menjadi manusia yang komplet. Saya Katolik, tapi saya juga pengagum Nabi Muhammad. Kalau dalam Islam ada ayat Rahmatan lil ‘Alamin yang berarti bisa menjadi rahmat untuk semesta alam.
Bagaimana reaksi ahli waris Anda? Apakah keberatan atau takut?
Saya sendiri seorang Katolik. Awalnya, anak-anakku, Michael Hermawan dan Stephanie Hermawan, nggak mau meneken. Bahkan keputusanku itu sempat dianggap guyonan. Butuh waktu lima tahun meyakinkan mereka.
Tanpa syarat?
Ada. Aku dikasih pertanyaan sama mereka: apakah keputusan menjadi kadaver ini murni karena humanity atau marketing? Saya jawab jujur saja. Memang 70 persen humanity dan 30 persen marketing. Tujuannya agar menginspirasi lebih banyak orang lagi. Karena saya kira, banyak yang akan berpikir kalau seorang HK saja mau menjadi kadaver, kenapa mereka tidak. Begitulah.
Dan satu lagi. Kadaver ini kan masa penggunaannya dibatasi sampai lima tahun. Nah, setelah itu, jasad saya diminta anak-anak. Rencananya bakal dikremasi. Lalu disebar ke keluarga untuk dijadikan pupuk tanaman.
Hermawan Kartajaya didampingi Koko Cici Jawa Timur napak tilas rumah masa kecilnya di Jalan Kapasari Gg V, Surabaya, -Boy Slamet-Harian Disway-
Jadi, apa yang Anda rasakan sekarang menjelang penandatanganan?
Tidak ada keraguan dari awal. Saat ini juga makin siap. Meski, saya punya kesempatan membatalkan jika berubah pikiran hingga satu menit sebelum penandatanganan. Tapi, saya sudah mantap. Doakan saja.
Bagaimana dengan persiapannya? Apakah ada yang khusus?
Saya cuma minta nanti setelah dimandikan, petinya mau dikasih bunga ungu. Itu bermakna citizen atau warga negara yang baik. Indonesia banget.
Dan, oh iya, untuk besok (hari ini, Red) saya pakai baju khusus garapan desainer Samuel Wattimena. Pakaian itu menggunakan lima jenis kain dan jubah. Desain itu melambangkan ”Guru dan Nusantara”. Guru timeless alias guru yang tak terikat waktu. Ada lurik dan batik blongsong dari Yogyakarta. Itu menggambarkan masa sekarang dan masa depan, seram juga. Hihihi. Sampai saat ini saya nggak boleh lihat pakaiannya. Saya hanya memakainya dua kali. Besok dan saat akan jadi kadaver. (Mohamad Nur Khotib)
Nostalgia Hermawan Kartajaya di rumah masa kecilnya di Jalan Kapasari Gg V, Surabaya. -Boy Slamet-Harian Disway-
Memakai baju bercorak Kresna, Hermawan Kartajaya membagikan bingkisan kepada anak-anak panti asuhan Khadijah.-Boy Slamet-Harian Disway-
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: