Glorifikasi G20

Glorifikasi G20

-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-

PELAKSANAAN KTT (konferensi tingkat tinggi) G20 di Bali berakhir. Indonesia merasa sangat bangga lantaran bisa menjadi tuan rumah yang sukses. Glorifikasi atau pengagungan KTT itu dilakukan secara total dan all-out seolah menjadi pertaruhan hidup mati.

KTT ditutup dengan pesta gala dinner dan pertunjukan yang extravagant. Para pemimpin dunia diberi sajian pertunjukan tari dan nyanyi yang penuh gebyar kemewahan. Terlihat sekali bahwa KTT itu adalah pesta besar yang penuh gengsi. Indonesia sebagai tuan rumah ingin memamerkan kepada dunia bahwa kita jago dalam membuat sajian pertunjukan ekstravaganza.

Pertunjukan yang penuh kemewahan itu menjadi paradoks terhadap pesan utama yang dihasilkan KTT. Para pemimpin dunia menyadari bahwa jalan ke depan suram, licin, dan berbahaya. Dunia terancam oleh kemungkinan perang dunia ketiga. Di tengah-tengah pelaksanaan KTT, konflik Rusia-Ukraina mencapai babak baru dengan menyasarnya sebuah rudal ke wilayah Polandia. 

Kalau terbukti bahwa rudal itu ditembakkan Rusia, pasukan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) akan membalas dengan menyerang Rusia karena Polandia adalah anggota NATO

Kondisi ekonomi ke depan juga tidak kalah suram. Semua lembaga keuangan internasional mengingatkan datangnya bahaya resesi yang sudah ada di depan mata. Negara-negara besar sudah bersiap-siap menghadapi bahaya resesi. Namun, Indonesia masih tenang-tenang saja dan tetap berpesta, seolah tidak ada bahaya.

Pelaksanaan KTT itu diglorifikasi supaya terlihat sempurna 100 persen. Aparat keamanan dikerahkan full power. Tidak boleh ada protes sedikit pun. Bahkan, seorang emak yang membentangkan poster pun harus diamankan. Sebanyak 26 mahasiswa NTB yang melakukan demonstrasi dibubarkan dan ditangkap polisi.

Darryl Dwi Putra ialah aktivis mahasiswa yang ingin melihat KTT G20 dari kacamata yang kritis. Sebagai ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Udayana, Bali, Darryl memberikan kritik melalui beberapa aktivitas diskusi di kampus bersama teman-temannya.

Tapi, yang terjadi kemudian, Darryl dirundung habis-habisan dan diserbu serangan netizen yang murka. Sepanjang hari Kamis lalu (17/11) tagar #DarrylBikinMaluNegara menjadi trending topic di Twitter. Darryl dianggap mempermalukan Indonesia di mata dunia karena sikapnya yang kritis terhadap G20.

Darryl terkejut oleh serangan berbagai akun terhadap dirinya. Ia mencurigai serangan itu diorkestrasi oleh kelompok tertentu dengan mempergunakan robot dan akun-akun bodong. KTT G20 adalah forum demokratis yang dihadiri 20 kepala negara demokratis. Tetapi, rundungan yang dilakukan terhadap Darryl tidak sesuai dengan prinsip demokrasi yang menghormati kebebasan berpendapat dan berekspresi.

Rundungan semacam itu tidak hanya ditujukan kepada aktivis di Indonesia. Di Inggris, seorang aktivis sayap kanan dan seorang influencer bernama Mahyar Tousi merasakan kerasnya gempuran netizen Indonesia. Saking gencarnya gempuran itu, Tousi sampai meminta ampun dua kali.

Tousi ketakutan karena tidak hanya dihujat dan diserang, tapi ia juga menerima ancaman pembunuhan. Serius atau tidak ancaman itu, yang jelas Tousi ketakutan. Ia meminta maaf, tidak cukup satu kali, tapi dua kali.

Mahyar Tousi dikenal sebagai youtuber yang kerap memberikan komentar kritik mengenai beberapa kebijakan politik di dunia. Akun YouTube-nya sudah memiliki 260 ribu subscriber. Cuitannya viral karena dianggap menghina batik Indonesia yang dipakai para pemimpin negara di KTT G20. 

Tousi mengunggah foto para tokoh dunia seperti perdana menteri Inggris yang baru terpilih, Rishi Sunak, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Pendiri World Economic Forum (WEF) Klaus Martin Schwab, Presiden FIFA Gianni Infantino, dan Menteri Perdagangan Indonesia Zulkifli Hasan. Dalam caption foto itu, Tousi menulis, ”What these idiot are wearing?” Apa yang dikenakan orang-orang goblok ini?

Dalam foto itu, para tokoh tersebut mengenakan batik seragam berwarna merah yang disediakan panitia. Mungkin Tousi mengarahkan kritiknya kepada Sunak seperti yang selama ini ia lakukan terhadap pemerintah di Inggris. Namun, cuitan itu dianggap menghina Indonesia karena meremehkan batik yang menjadi budaya khas Indonesia.

Seorang influencer lain dari Inggris bernama Sophie Corcoran juga mempertanyakan ”foto idiot” Rishi Sunak itu. Corcoran juga mendapat serangan bergelombang dari netizen Indonesia. Salah satu komentar dengan sadis menyebut nama Corcoran sebagai ”corcoran semen” yang biasanya dipakai untuk mengubur tumbal proyek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: