Junjung Derajat: Te Kamajaya kerek Lukisan Gunungan 60 meter

Junjung Derajat: Te Kamajaya kerek Lukisan Gunungan 60 meter

Lukisan raksasa berukuran 60 meter yang dipajang di ruang utara Surabaya Suites Hotel-Nadine Churnia S-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Baju lurik bergaris hitam-cokelat dengan blangkon ala Surakarta. Penampilan Te Kamajaya pada Sabtu, 19 November 2022 begitu menjiwai layaknya seorang dalang.

Hari itu merupakan hari ke-19 pamerannya di Surabaya Suites Hotel, yang bertajuk Wayangan Sebulan Suntuk. Sebagai bagian dari acara, ia menggelar pertunjukan Junjung Derajat. Yakni pengerekan lukisan sebesar 20x6 meter.

Lukisan raksasa itu telah dibuat sebelumnya oleh Te bersama beberapa rekan seniman. Secara total terdapat tiga gunungan wayang yang membujur dari atas ke bawah. "Dua gunungan bergaya kontemporer berada di atas dan bawah. Di bagian tengah adalah gunungan klasik," ujarnya.

Karya tersebut dikerek dari bawah ke atas oleh dua pengerek dari Surabaya Suites Hotel. Terdapat 21 pelukis yang terlibat dalam lukisan gunungan raksasa, yang dibuat selama sehari semalam. "Kalau pamerannya Pak Te bertema Wayangan Sebulan Suntuk. Dimulai 1 November 2022. Kalau proses melukis karya raksasa itu semalam suntuk. Persis seperti nonton wayang beneran," gurau Firman S Permana, General Manager Surabaya Suites Hotel.

Lukisan paling atas berisikan gambar-gambar binatang dan latar rerumputan. Sedangkan gambar gunungan paling bawah, terdapat karya-karya khas Pingki Ayako dan Andreas Gunawan. Berupa figur Srikandi, perempuan dalam pewayangan yang perkasa dan turut serta dalam perang Bharatayudha. "Kontemporer lukisannya, tapi outline-nya tetap gunungan," ujar Te.

Sedangkan lukisan paling tengah, adalah gunungan yang sesuai pakem. Terdapat gambar anak tangga bagian bawah, pintu berdaun pintu dua buah dan atap limasan. Kemudian di bagian atas terdapat ranting yang menjulur ke atas. Di kanan kiri juluran ranting tersebut terdapat figur-figur binatang. Seperti macan, kerbau, monyet, ular yang melingkarkan tubuhnya serta burung.

Te merupakan pelukis yang konsisten melukis figur-figur wayang. Dalam pameran Wayang Sebulan Suntuk, Te menempatkan 34 lukisannya dalam posisi tergantung. Sisanya, 10 lukisan dipajang di selasar depan Surabaya Suites Hotel.

"Saya menyajikan hal yang berbeda saja. Tidak ada maksud apa-apa terkait pemasangan tersebut," ungkap perupa 72 tahun itu. Namun jika dimaknai, ia seakan menata lukisan layaknya lampu blencong di atas kelir pewayangan. Yang tergantung dan luput dari perhatian banyak orang. Padahal lampu itulah yang menjadi bagian penting untuk pertunjukan wayang. Dengan penonton yang melihat dari balik pakeliran atau kain putih yang membentang.

Gunungan wayang mencitrakan karakter personal manusia. Pengerekan gunungan melambangkan junjung derajat, atau upaya menaikkan derajat manusia ke arah lebih baik. Tiga gunungan bermakna tiga, dua kontemporer dan satu gunungan tradisi. Memaknai bahwa di balik segala arus kontemporer dan modernitas, siapa saja tak dapat meninggalkan tradisi, sebagai patokan awal petunjuk hidup manusia. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: