Fenomena Kemunculan Gangster di Surabaya karena Potensi Anak Muda yang Tak Terfasilitasi

Fenomena Kemunculan Gangster di Surabaya karena Potensi Anak Muda yang Tak Terfasilitasi

Prof Rahma Sugiharti (kiri) dan Prof Bagong Suyanto. -Foto: Dokumentasi Pribadi-

Anak-anak muda ini memang butuh modus ekspresi. Biasanya mereka yang tumbuh kembangnya baik, akan disalurkan ke kegiatan yang positif. Seperti olahraga, kesenian, maupun kegiatan sosial lain.

Nah, berbeda yang terjadi dengan anggota gangster ini. Mereka tidak punya kegiatan lain yang positif untuk memenuhi hasrat ekspresinya itu. Mungkin lebih banyak nongkrong tapi tidak produktif. 

Apalagi sekarang era media sosial. Ada anggapan bahwa setiap konten adalah wujud dari eksistensi. Buktinya, gangster di Surabaya ini kan mereka sering mengunggah konten tawuran di Instagram. Saling ejek di sana. Dari situlah justru mereka dapat energinya.

Lalu, bagaimana sebaiknya cara mengatasinya?

Bisa dicegah dengan counter culture. Ini harus melibatkan pemerintah kota. Harus lebih banyak lagi diciptakan ruang-ruang ekspresi untuk anak-anak muda. Di ruang itulah mereka diberi kebebasan untuk berekspresi.

Misalnya, bagi yang suka gelut, sediakan saja ring tinju. Dikelola dengan baik. Itu kan bisa menumbuhkan potensi mereka. Bagi yang suka coret-coret tembok, ya sediakan ruang khusus lebih banyak untuk mural.

Intinya, pemkot harus memfasilitasi dorongan ekspresi anak muda. Sebab, di sisi lain, itu juga potensi mereka. Jika tidak diwadahi, tentu mereka akan lari ke hal-hal yang merusak. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: