Setara dalam Berkarya: Ilkom UNTAG Pamerkan Foto Siswa Kalijudan
Bincang pameran Setara Dalam Berkarya dan Buku Tutur Mata karya siswa Pondok Sosial Kalijudan Surabaya.-Ilkom UNTAG Surabaya-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Tujuh Belas Agustus Surabaya (UNTAG) Surabaya mengadakan pameran foto sekaligus bedah buku Tutur Mata. Berbagai karya siswa Pondok Sosial Kalijudan dengan judul Setara Dalam Berkarya ditampilkan di peringatan Bulan Disabilitas, Kamis, 15 Desember 2022.
Panitia menghadirkan Leo Arief Budiman founder Disabilitas Berkarya, Mamuk Ismuntoro sebagai editor buku Tutur Mata, dan Novan Andrianto sebagai Communication Media Practitioner.
Sebelum memasuki ruang acara, pengunjung disuguhkan dengan beberapa karya fotografi dari siswa pondok sosial Kalijudan. Semuanya terpampang di kanan kiri lorong sebelum menuju ke pintu utama acara beda buku Tutur Mata.
Pembahasan bedah buku diawali oleh Pak Leo sapaan dari Leo Arief Budiman. Ia menyapa audience sembari menceritakan mengenai latar belakang terciptanya buku Tutur Mata.
"Berawal dari saya yang mengajari membatik kepada para siswa di Pondok Sosial Kalijudan. Tapi membatik ini kan membosankan, jadi para siswa juga bosan. Saya memberikan fotografi sebagai salah satu cara mereka untuk menyalurkan kegiatan positif" ujar pria asal Surabaya itu.
Komunikasi adalah tantangan utama Leo saat mendampingi anak-anak Kalijudan. Ia harus menggunakan bahasa isyarat untuk mentransfer ilmu.
Perwakilan siswa Pondok Sosial Kalijudan Surabaya di pameran foto yang digelar Ilkom Untag Surabaya.-Ilkom UNTAG Surabaya-
Mamuk Ismuntoro juga menerangkan mengapa buku itu diberi judul Tutur Mata.
"Beberapa anak-anak ini sulit untuk berkomunikasi. Melalui foto diharapkan apa yang dirasakan oleh anak-anak tersebut bisa dirasakan orang lain," ujar pria berambut gondrong itu.
Layar LCD yang bermula menunjukan gambar pamflet acara berubah menjadi isi buku. Selain karya foto ada juga beberapa puisi karya anak-anak itu.
Mamuk menjelaskan satu persatu foto yang terdapat dalam buku. Hunting foto dilakukan di sekitaran lokasi pondok sosial Kalijudan dan beberapa titik di Surabaya.
Foto-foto tersebut diambil dengan menggunakan kamera DSLR dan kamera ponsel. Setiap foto yang terdapat di buku tersebut memiliki karakternya, bahkan beberapa hasil foto dari siswa Kalijudan ada juga yang pernah dibawa ke Jakarta dan Jerman dan laku jutaan rupiah di sana.
Mamuk juga menjelaskan tentang kesulitan dalam memilih karya foto yang akan dimuat dalam buku tersebut. Ada 300-an karya foto yang akan dikurasi dan hanya menyisakan 48 foto yang ditampilkan pada buku tersebut.
Kami juga berkenalan dengan salah satu siswa yang fotonya banyak mendapatkan pujian dari Mamuk dan Leo. "Nama saya Omai kepanjangannya Omaigat," ujar Omai salah satu siswa pondok sosial Kalijudan disambut tawa hadirin.
"Para penghuni Pondok Sosial Kalijudan ini banyak ditemukan di jalanan kota Surabaya. Salah satunya juga Omai, Omai ini kami temukan di Stasiun Gubeng Surabaya, Omai sendiri berasal dari Bandung," ujar Leo saat memperkenalkan Omai.
Sebanyak 70 persen penghuni pondok sosial Kalijudan ini tidak memiliki identitas. Saat ini masih proses untuk pembuatan identitas di Pemkot Surabaya
Satu hal yang sangat menarik dari acara itu adalah adanya juru bicara bahasa isyarat yang jarang dijumpai di setiap acara. Keberadaannya memudahkan teman-teman yang memiliki keistimewaan itu.
Leo juga menyebutkan bahwa dengan adanya karya ini diharapkan kawan-kawan penyandang disabilitas atau orang tua yang memiliki anak disabilitas tidak malu dan minder lagi.
Foto adalah salah satu media untuk menyalurkan karya dari para penyandang disabilitas. Tidak mudah memang melatih penyandang disabilitas, namun tidak mudah bukan berarti tidak bisa. (Machrus Ali Mustofa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: