Bulan Depan, Jembatan Gladak Perak Beres

Bulan Depan, Jembatan Gladak Perak Beres

POTRET UDARA Jembatan Gladak Perak yang rangkanya sudah tersambung.-Humas Pemkab Lumajang-

LUMAJANG, HARIAN DISWAY - Rekonstruksi jembatan Gladak Perak sempat meleset dari target. Seharusnya sudah tuntas akhir tahun lalu. Namun, awan panas guguran (APG) akibat erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada 5 Desember 2022 menghambat kelangsungan pembangunan.

 

Keseluruhan rangka jembatan Besuk Kobokan itu baru bisa tersambung, kemarin, 4 Januari 2022. Menjadi jembatan rangka terpanjang di Indonesia. Yakni, 160 meter. Lebar rangkanya 12 meter. Lebar aspal jalan 7,5 meter. 

 

Kini, tinggal proses pengecoran jalan. Februari nanti jembatan yang dibangun dengan anggaran sebesar Rp 100 miliar itu diperkirakan sudah bisa dilalui oleh warga. Mereka tak perlu lagi susah payah menggunakan jalur alternatif "tol Cikali" di Desa Curah Kobokan, Pronojiwo, yang tertimbun abu vulkanik. Itu adalah julukan untuk jalur pintas melalui Kali Lanang di kawasan Curah Kobokan itu.

 

"Sekarang pengerjaan sudah tuntas 90 persen," ungkap Kasatker Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah 1 Jatim Nugroho Jati. Konstruksi jembatan tidak sama seperti jembatan lama yang sudah ambruk. Rangka jembatan baru ini memakai baja. Sehingga, kata Nugroho, bisa lebih kuat dan tahan lama. Itu juga sudah terbukti pada erupsi Semeru yang kali terakhir. APG tidak berefek sama sekali pada kekuatan jembatan.

 

Struktur jembatan baru ini juga ditinggikan. Sekitar 10 meter lebih tinggi ketimbang fondasi bangunan lama. Tentu ini sesuai dengan manajemen risiko.

 

Terutama jika Semeru erupsi lagi, lahar yang mengalir di bawah jembatan tidak akan menghantam fondasi seperti di jembatan yang lama. Konstruksi baja diharapkan bisa lebih tahan.


ALIRAN LAHAR DINGIN melintas di bawah Jembatan Gladak Perak yang masih rusak, Desember 2022.-Julian Romadhon-Harian Disway-

 

Proses pengerjaan jembatan baru ini sudah berlangsung setahun. Bahkan sempat terjadi kendala. Yang tersulit, menancapkan fondasi di bebatuan keras. Serta memperbaiki sisi jembatan yang rusak akibat longsor.

 

“Yang paling sering memang cuaca yang tak bersahabat. Apalagi jika status Gunung Semeru meningkat ke level awas,” terang Nugroho. Di kondisi seperti itulah para pekerja ditarik mundur. Mereka baru bisa mulai kembali saat cuaca membaik.

 

Selain pembangunan hunian tetap bagi warga terdampak erupsi, proyek jembatan Besuk Kobokan termasuk menjadi prioritas. Sebab hanya jembatan inilah yang menghubungkan Lumajang-Malang Selatan.

 

Sebetulnya, sudah disediakan jalur alternatif. Yaitu jembatan gantung di dekat Gladak Perak yang sudah ambruk. Namun, kapasitas jembatan gantung hanya itu hanya bisa untuk pengendara motor dan pejalan kaki. 

 

Direktur Pembangunan Jembatan Yudha Handita mengatakan, lokasi pembangunan jembatan baru itu tidak berubah. Sama seperti jembatan sebelumnya. Keputusan itu diambil setelah dilakukan survey dan penelitian lebih lanjut. 

 

“Titik tersebut dinilai relatif aman,“ jelas Hedy. Konstruksi bangunan dikerjakan secara terbalik. Teknik pondasi lama tidak digunakan lagi. Lantaran sudah tak kuat menahan hantaman abu vulkanik. Jembatan baru itu menggunakan teknik pelengkung ke atas.


RANGKA JEMBATAN Gladak Perak yang sudah mulai tersambung.-Humas Pemkab Lumajang-

 

“Dalam dua hari ini akan dilanjutkan penyambungan kerangka bawah dan pengikat atas. Setelah itu selesai, baru dikerjakan pengecoran jalan,” ujar Bupati Lumajang Thoriqul Haq. Sebelum digunakan, jembatan tersebut akan diproses uji kelayakan atau loading test terlebih dulu. Yakni dengan menempatkan beban berat pada jembatan secara diam/tidak bergerak.

 

Thoriq berharap jembatan itu bisa membangkitkan sektor perekonomian warga. Apalagi sejauh ini, wilayah Malang Selatan menjadi pasar utama komoditas hasil pertanian warga Lumajang. Penjualan mereka tidak maksimal sejak jembatan Gladak Perak ambruk. 

 

Truk-truk pengangkut hasil komoditas itu pun terhambat. Bahkan, mereka terpaksa memutar jalur. Yakni harus lewat jalur utara melalui Probolinggo dan Pasuruan. Tentu saja itu membuat ongkos produksi mereka membengkak.  (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: