Serial Killer dari Kampung Babakan Mande
Suasana Konferensi Pers Satu Keluarga Diracun di Bekasi-Rafi Adhi Pratama-
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil kepada pers mengatakan: ”Ini hasil investigation crime yang sangat teliti. Tapi, merupakan hasil sementara. Tidak tertutup kemungkinan ada korban lain karena penyidikan masih berlangsung.”
Fadil: ”Para tersangka melakukan serangkaian pembunuhan atau yang biasa disebut serial killer dengan motif, maaf, janji-janji yang dikemas dengan kemampuan supranatural, untuk membuat orang menjadi sukses atau kaya.”
Lantas, para tersangka menganggap keluarga sendiri berbahaya. Sebab, mengetahui perbuatan penipuan para pelaku, termasuk rangkaian pembunuhan terhadap klien.
Dilanjut: ”Jadi, keluarga dekatnya dianggap berbahaya. Karena mengetahui bahwa tersangka melakukan tindak pidana lain dalam bentuk penipuan dan pembunuhan terhadap korban-korban lainnya.”
Lantas, mengapa Dede Solehudin ikut diracun, atau percobaan pembunuhan, padahal Dede adalah anggota dari komplotan tiga serangkai paranormal itu?
Jawabnya, polisi menyimpulkan bahwa itulah taktik komplotan tersebut. Strategi para tersangka penjahat itu mengelabui polisi, dengan cara Dede jadi korban.
Diketahui kemudian, Dede memang keracunan, menelan racun pestisida yang sama dengan para korban lainnya. Tapi, dosis racun yang ditelan Dede tidak signifikan untuk membuatnya mati.
Tak dinyana, warga Kampung Babakan Mande, yang terselip di Desa Gunungsari, Cianjur, itu punya trik kejahatan berliku. Mereka, disebut Fadil, sebagai pelaku serial killer. Yang selama ini hanya ada di film-film Barat.
Istilah ”serial killer” dicetuskan kali pertama oleh agen khusus (special agent) Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat (AS) Robert K. Ressler pada 1974 di sana.
Robert K. Ressler dan Thomas Schachtman dalam buku mereka yang bertajuk Whoever Fights Monsters: My Twenty Years Tracking Serial Killers for the FBI (New York, 1993) menjelaskannya.
Istilah ”serial killer” kali pertama diajarkan dalam kuliah di Akademi Kepolisian di Bramshill, Hampshire, Inggris, Januari 1974.
Di situlah dipelajari berbagai teori dan penelitian tentang aneka pembunuhan berantai di Inggris, bahkan negara-negara Eropa. Walaupun, pembunuhan berantai sejatinya sudah ada sejak ratusan tahun sebelumnya.
Beda antara pembunuhan berantai zaman sebelum Perang Dunia Ke-2 dan di era sesudahnya adalah teori yang digunakan penyidik kriminal. Sebelum PD II, pembunuh berantai dianggap orang gila.
Orang gila, tepatnya pengidap psikopat. Karena itu, sebagian besar pembunuh berantai di masa itu dirawat di RS jiwa, bukan penjara.
Ciri utama seorang psikopat adalah kurang empati. Ciri lainnya adalah kecenderungan untuk berbohong, dan berbohong jadi kebiasaan, kebutuhan akan sensasi. Seorang psikopat cepat bosan, juga cenderung narsisme. Tetapi, kurangnya empati adalah hal utama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: