Novi Basuki Paparkan Tiga Spirit Gus Dur
Novi Basuki (pegang mic) saat menjadi nara sumber talk show-Pace Morris - Harian Disway-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Warga keturunan Tionghoa di Indonesia pernah mengalami masa kelam. Tidak bisa bebas untuk menunjukkan jati diri. Selama puluhan tahun mereka melewati Imlek dengan kesenyapan. Tradisi mereka dibungkam oleh penguasa kala itu: Orde Baru.
Masyarakat Tionghoa hampir kehilangan jati diri mereka. Ada larangan bersosialisasi sesama warga keturunan Tionghoa. Bahasa dan aksara Mandarin dilarang. Tradisi keagamaan serta kebudayaan berbau Tionghoa tidak boleh dipertontonkan. Perayaan Imlek dianggap sama bahayanya dengan peredaran obat terlarang.
Puncaknya pada tahun 1998. Mereka mengalami persekusi besar-besaran. Seolah keberadaan mereka yang sudah ada sejak tahun 1500 an, tak diinginkan lagi di negara yang katanya Bhineka Tunggal Ika ini.
Gus Dur ibarat oase di padang Gurun. Ia mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967. Dan menggantikannya dengan Keppres Nomor 6 Tahun 2000, pada 17 Januari. Setelah lebih dari 32 tahun warga Tionghoa bisa merayakan Imlek.
Novi Basuki, dalam Talkshow bertajuk “Imlek dan Spirit Gus Dur” mengungkapkan, 3 spirit Gus Dur. “Yang pertama ini, Gus Dur mempunyai spirit keterbukaan,” kata Novi mengawali penjelasannya, pada Talk show yang diadakan di Lantai G, Ciputra World Surabaya, Minggu, 22 Januari 2023.
Keterbukaan yang dimaksud Novi adalah, Gus Dur mau belajar apapun dan kepada siapapun. Bahkan Presiden Indonesia ke-4 itu, secara terbuka mengakui bahwa dalam dirinya mengalir darah Tionghoa.
Dengan spirit keterbukaan, Gus Dur mengajak kita untuk berpikir dengan cara tukar posisi. “Maksudnya, bagaimana rasanya saya yang mayoritas kemudian menjadi minoritas dan terdiskriminasi,” ujar pria yang dikenal sebagai penulis buku ini.
Ada sebuah ungkapan mandarin yang dikutip Novi, “Dalam diri saya ada anda semua. Dan dalam diri anda semua ada saya”. Ada saling ketergantungan antara yang kuat dan yang lemah.
Spirit Gus Dur yang kedua, yaitu selalu membela atau berada pada pihak-pihak orang yang selalu dilemahkan. Novi menyamakan spirit Gus Dur ini dengan spirit Konfusianisme yang berbunyi “Apa yang tidak ingin orang lain lakukan kepada kita, jangan kita lakukan,” ujar penulis buku Ngomong Mandarin dan Ngobrolin China itu.
“Kemudian spirit Gus Dur yang ketiga adalah spirit sportivitas,” ungkap kandidat doktor di Sun Yat Sen University, Guangzhou, Tiongkok tersebut.
Disebut spirit sportivitas karena bagi Gus Dur siapa yang kalah tetap bisa menikmati (kemenangan). Yang menang tidak melemahkan yang kalah.
Spirit itu ditunjukan oleh Gus Dur. Ia meminta maaf dengan kesalahan-kesalahan yang tidak dibuatnya. Namun oleh rezim sebelumnya.
Menurut Novi Basuki dengan tiga spirit Gus Dur itu, Indonesia lebih bisa bersatu untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
“Gus Dur bagi saya, seperti orang yang berdiri di ketinggian sehingga bisa melihat lebih jauh. Dan kita diminta oleh Gus Dur untuk bisa seperti itu,” kata Novi menutup talk show.
Gus Dur memang sudah tiada sejak 30 Desember 2009. Namun spiritnya akan abadi hingga akhir zaman.
Terimakasih Gus! (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: