79 Ulama Dunia Bahas Masa Depan Islam di Muktamar Fikih Peradaban

79 Ulama Dunia Bahas Masa Depan Islam di Muktamar Fikih Peradaban

KETUA UMUM PBNU KH Yahya Cholil Staquf (dua dari kiri) memberikan keterangan pers di Hotel Shangri-La, Surabaya, 5 Februari 2023.-FOTO: JULIAN ROMADHON-HARIAN DISWAY-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Peringatan 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) menjadi momentum untuk merumuskan fikih peradaban demi terciptanya Islam rahmatan lil alamin. Ada 79 ulama dunia dari 40 negara yang akan berbagi pemikiran dalam Muktamar Internasional Fikih Peradaban yang digelar di Hotel Shangri-La, Surabaya, 6 Februari 2023. 

”Siang ini (kemarin, Red) sudah 60 ulama yang tiba,” ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf yang karib disapa Gus Yahya saat konferensi pers di Hotel Shangri-La, Minggu, 5 Februari 2023. 

Tema yang diusung dalam muktamar tersebut adalah Merawat Jagat, Membangun Peradaban. Dengan fokus pada telaah Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang terbit di San Francisco, 26 Juni 1945 silam.

Berangkat dari Piagam PBB itulah para ulama akan merumuskan landasan Fikih perdamaian dan harmoni global. Sebagai inisiasi wacana untuk memantik diskursus yang lebih meluas. Menguak fondasi keagamaan, landasan syariat, dan pandangan Islam tentang masa depan peradaban.

BACA JUGA:Aksi Panggung Sosiawan Leak di Pameran Komite Hijaz Satu Abad NU

Menurutnya, Muktamar International Fikih Peradaban ini digelar untuk kali pertama. Dipicu oleh satu kekosongan besar menghadapi masalah global. Yakni wawasan syariat yang valid terkait konstruksi peradaban.

”Karena selama ini kita sudah punya wacana toleransi yang kuat,” ujar Gus Yahya. Tentu agenda raksasa ini tak bisa dituntaskan dalam sehari. Akan melewati berbagai pergulatan yang tak ringan. Namun, NU tetap memberanikan untuk memulai.

Gus Yahya berharap muktamar ini bisa jadi agenda reguler. Bisa diulang setiap tahun sekali. Sekaligus menunjukkan ke dunia bahwa NU sebagai gerakan sosial yang bergulat di akar rumput. 

Gerakan sosial berbasis keagamaan itulah yang nyaris tak ditemui padanannya di negara lain. Gus Yahya pun berharap NU bisa menginspirasi para ulama di dunia untuk membangun gerakan serupa. ”Tahun depan kita lanjutkan, mudah-mudahan bisa. Sekurang-kurangnya tiap dua tahun sekali,” tandas alumnus FISIP Universitas Gajah Mada itu.

Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Najib Azca menjelaskan, muktamar nanti belum akan menghasilkan sesuatu yang ambisius. Mungkin hanya sebatas komunike atau pernyataan publik dari rangkuman yang diperbincangkan.

Namun, imbuh Azca, bukan berarti wacana yang diusung terlalu elitis. Sebab, Muktamar Internasional Fikih Peradaban juga dicicil dengan 231 halaqoh di tingkat lokal. Dibahas di forum kiai di hampir seluruh wilayah Indonesia. “Nah, besok ini kulminasi atau puncaknya. Bagaimana Fikih merespons problem peradaban, khususnya melalui Fikih siyasah atau politik,” katanya. (Mohamad Nur Khotib)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: