Dampak Childfree di Jepang: Kebanyakan Manula, Minim Bayi
Populasi Jepang - Google--Google
TOKYO, HARIAN DISWAY - Pemerintah Jepang sedang menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan populasi. Jumlahnya terus menurun karena resesi seks alami.
Jumlah kelahiran di Jepang diperkirakan kurang dari 800 ribu sepanjang 2022. Tentu saja, fenomena resesi seks jadi penyebabnya. Menurut data resmi dari Bank Dunia, Jepang memiliki populasi lansia berusia di atas 65 tahun terbesar kedua di dunia, setelah Monako.
Populasi Jepang mencapai 125 juta jiwa. Sedangkan lansianya mencapai 37 juta jiwa. Nyaris 30 persen dari total penduduk. Bandingkan dengan Indonesia yang punya populasi 273 juta jiwa. Jumlah lansianya cuma 31 juta atau 11 persen dari total populasi.
BACA JUGA:Nostalgia Berburu Zombi di Resident Evil 4 Hasil Remake Capcom 2023, Grafis Ngeri!!
BACA JUGA:Adipura Kencana Kado Dua Tahun Cak Eri Cahyadi
Indonesia berjuang menghadapi ledakan penduduk. Sampai ada program keluarga berencana. Sedangkan di Jepang, mereka berupaya agar pasangan mudanya mau menikah dan punya anak.
Namun, fenomena resesi seks yang dihadapi Jepang lebih mengancam. Jika populasi Jepang terus menurun atau menyusut, maka krisis penduduk bisa terjadi. Usia produktif akan berkurang dan mengancam perekonomian mereka.
Perdana Menteri Jepang Fushio Kishida mengatakan dalam pidatonya bahwa resesi seks merupakan masalah yang harus diatasi segera.
"Kebijakan tentang anak dan pengasuhan anak merupakan investasi paling efektif untuk masa depan," ujar Kishida.
"Di masa depan hanya akan ada sedikit anak-anak dan banyak manula, dan fenomena ini akan berdampak sangat sulit untuk mempertahankan masyarakat global," ujar Direktur Institute for Health Metrics and Evaluation di University of Washington, Christopher Murray.
"Coba pikirkan dampak sosial dan ekonomi pada masyarakat di mana jumlah kakek-nenek lebih banyak daripada jumlah cucu-cucu," lanjutnya.
BACA JUGA:Raih 14 Penghargaan Lingkungan Hidup, Motivasi Surabaya Menuju Kota 0 Sampah
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Ketua Yayasan Prajna Harmonis Kasino: He Er Bu Tong
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penurunan ekonomi seks Jepang antara lain:
- Akses mudah ke alat kontrasepsi.
- Biaya hidup mahal.
- Perempuan lebih memilih untuk fokus pada pendidikan dan karir.
- Perempuan lebih memilih untuk memiliki sedikit atau tidak memiliki anak (childfree). (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: japantimes