Kopi Ces IKJ: Seduh dan Sambat di Pinggir Jalanan Jakarta

Kopi Ces IKJ: Seduh dan Sambat di Pinggir Jalanan Jakarta

Lokasi "mangkal' starling Kopi Ces di Jakarta-Arhan-dok. pribadi

Menggenggam teguh prinsip 'ngopi enak enggak harus mahal', membulatkan tekad Fin untuk menjual kopi ala kafe dengan harga terjangkau di pinggir jalanan sekitar Institut Negeri Jakarta (IKJ).

Jakarta lekat dengan citra mewah, mahal, sarang borjuis dan sejenisnya. Namun, di balik hingar bingar Jakarta yang tak pernah tidur itu, ada sepenggal cerita dari pinggir jalan yang belum pernah terdengar sebelumnya.

Bicara soal kopi, jika disematkan dengan kata Jakarta umumnya orang akan berasumsi kedai kopi bergengsi dengan harga tinggi. Atau penjaja kopi keliling yang membanderol satu gelas kopi sachet seduh seharga Rp 5 ribu bagi orang-orang yang sedang berhemat. Hanya saja, rasa kopi sachet tak sekompleks kopi di kafe.

Namun, ada yang memilih jalur tengah. Menyediakan kopi berkualitas dengan harga bersahabat.

Malam itu sekitar pukul 19.00 WIB hari Sabtu, 18 Maret 2023 Harian Disway melewati sepanjang jalanan dekat Institut Seni Jakarta (IKJ) tepatnya di Jalan Sekolah Seni. Kami terseret dengan keunikan satu kedai kopi pinggir jalan di tengah hutan beton Jakarta itu.

Kedai kopi yang mangkal di  Kecamatan Menteng, Kota Jakarta Pusat itu menjual kopi giling ala kafe. Nama kedai kopi keliling itu adalah Kopi Ces. Gerobak mereka sederhana, namun ditata begitu rapi dan resik.

Segera kami memesan segelas matcha latte dan Japanese style coffee. Sambil menunggu pesanan, seorang perempuan dengan rambut cepak datang menghampiri sambil menyapa. Memang ternyata kebiasaan dari kru Kopi Ces demikian, menyapa setiap pelanggan yang datang agar akrab.

Ia adalah Fina atau akrab dipanggil Fin, salah satu pendiri kedai kopi keliling Kopi Ces. Tak lama setelah itu, seorang lelaki berkacamata datang menyodorkan matcha latte, ialah Aldi partner bisnis Fin yang juga barista Kopi Ces. Keduanya adalah kawan kuliah satu jurusan di Universitas Mercu Buana, jurusan Akuntansi.


Aldi (kiri) dan Fin (kanan) kawan kampus yang juga mitra bisnis starling Kopi Ces-Radinka Daynara-dok. pribadi

Nama Kopi Ces terdengar unik, namun bukan tanpa alasan dinamai demikian. Asalnya dari bahasa latin cum suis (CS) yang artinya kawan, namun untuk mempermudah penggunaan maka disebutlah ces saja. Menurut Fin, ketika ia memanggil seorang teman dengan kata ces, ia menganggap orang yang bersangkutan sebagai keluarga sendiri. 

Fin percaya, dari nongkrong sambil minum kopi di kedai kopinya, pelanggan yang sebelumnya asing lambat laun bisa menjadi akrab.

"Berawal dari minum kopi ini, kita bisa jadi teman, bisa jadi keluarga," jelas perempuan yang ternyata bekerja di bagian Perencanaan Perusahaan & Keuangan Trans Jakarta.

Perjalanan Kopi Ces dari awal hingga saat ini tentu tak lepas dari suka-duka bisnis UMKM. Dahulu pernah nyaris gulung tikar imbas dari pandemi, kena tipu pegawai, serta penghasilan yang tidak mencapai target.

Namun, rentetan cobaan tersebut tidak membuat Fin dan Aldi menyerah. Dengan modal seadanya kedua kawan kuliah itu kemudian mencoba menjual kopi sachet seduh seharga Rp 7.000 per gelas. Lambat laun, Kopi Ces menaikkan kualitas kopinya dengan beralih ke biji kopi giling ala kafe.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: