Spirit Seni Pertunjukan dalam Apel Tahunan Pesantren Al Amien Prenduan

Spirit Seni Pertunjukan dalam Apel Tahunan Pesantren Al Amien Prenduan

ILUSTRASI Spirit Seni Pertunjukan dalam Apel Tahunan Pesantren Al Amien Prenduan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

TANGGAL 13 Juli 2025, Pondok Pesantren (Ponpes) Al Amien Prenduan menyelenggarakan kegiatan apel tahunan. Mengusung tema Merajut Ukhuwah Kebhinekaan, Membangun Peradaban, kegiatan itu memaradekan bermacam-macam seni pertunjukan dan busana etnis para santri dari berbagai penjuru Nusantara. 

Secara sosiologis, apel tahunan yang sudah berlangsung sejak 1980-an itu merupakan sebuah festival budaya maupun karnaval yang mengekspresikan berbagai talenta para santri. 

Sebagai sebuah festival budaya, meminjam cara pandang Yudhi Soerjoatmodjo dalam buku Cultural Performance and Identity: A Study of Contemporary Indonesian Cultural Festivals (2010) yang memadukan berbagai unsur etnisitas, religiusitas, dan nilai-nilai universalitas yang bersatu padan dalam ramuan kebinekaan dan peradaban, sebenarnya tak kalah epik dan heroik dengan berbagai model festival budaya maupun karnaval yang diselenggarakan di luar pesantren. 

BACA JUGA:Meriahkan Festival Kemasan Seni Pertunjukan Tari dan Karawitan, Sanggar Dahayu Astramaya Juara 1

Meski gaung promosinya belum sebanding dengan beberapa acara festival budaya dan karnaval seperti Banyuwangi Ethno Carnival, Jember Fashion Carnaval, Jogja International Dance Carnival, dan hajatan massal lainnya, keberanian pesantren seperti Al Amien Prenduan menggelar apel tahunan yang melibatkan hampir 10 ribu santri dan guru menjadi bukti bahwa pesantren pun bisa mempunyai kemampuan event organizer festival yang mumpuni.

Meski begitu, aura farming dari kegiatan karnaval di pesantren kurang terekspos dan ter-blow up sedemikian rupa sehingga daya syiar karnavalnya kurang memantik perhatian publik nasional dan internasional. 

Padahal, sebagai sebuah pesantren yang kuat dengan ekosistem pendidikan keagamaan tetapi menaruh perhatian besar terhadap seni pertunjukan, tentu mempunyai kelebihan tersendiri dan sekaligus memberikan pesan kultural, bahwa pesantren pun mampu mengelola sebuah event karnaval yang bergaya seni tinggi. 

Apalagi, semua persiapan dan kesiapan pelaksanaan apel tahunan lebih dominan diinisiasi para santri dan nyaris tanpa keterlibatan event organizer profesional berbiaya tinggi. 

Realitas itu sekaligus menjadi pembuktian historis, pesantren yang sejak dahulu menjadi soko guru pendidikan di Indonesia mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman yang beririsan dengan prinsip etis kepesantrenan dan keislaman.    

VALUEGRAFI PERTUNJUKAN

Pada titik ini, kehadiran apel tahunan di Ponpes Al Amien Prenduan yang hampir setengah abad tetap diselenggarakan dan selalu mengedepankan spirit pertunjukan serta parade berbaris berbasis konsulat (kedaerahan) menjadi kontra narasi (counter discourse) terhadap stigmatisasi pesantren. 

Posisi pesantren yang selama ini dilihat sebelah mata dan dianggap sebagai dunia yang tertutup sesungguhnya berangkat dari penilaian yang parsial. Sebab, di lingkungan pesantren ada berbagai ajang unjuk kebolehan bakat para santri sebagai hasil penempaan proses pengasahan bakat berkesenian dan bakat nonakademik lainnya selama bertahun-tahun. 

Dan, apel tahunan menjadi sebuah pertunjukan yang tak sekadar menyuguhkan hiburan dan tontonan. 

Di dalam seni pertunjukan apel tahunan, ada sebuah valuegrafi yang mengedepankan etika pertunjukan di jalan raya. Misalnya, rute parade pertunjukan di jalan raya yang tetap mengedepankan ramah pengendara dan pejalan kaki. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: