Bawa Susu dan Pampres, Kedatangan Serda Misbahul Munir Dinanti

Bawa Susu dan Pampres, Kedatangan Serda Misbahul Munir Dinanti

Sersan Dua Misbahul Munir, Babinsa Koramil 0832/04 Wonokromo memangku Rafardhan Althaf Asrully, anak stunting di Surabaya dan ditemani Ny. Felly Pristiyani Hartoyo. -Penerangan Kodam V Brawijaya-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Duduk tenang di pangkuan ibunya, mata anak lelaki itu menatap senang seorang lelaki berpakaian doreng yang datang bertamu. Di ruang tamu yang tak seberapa luas itu, tersaji secangkir teh. Tak ada suara dari mulutnya saat ditanya bagamaina kabarnya. Cuma matanya saja yang bicara. Tampak senang.   

Nama lengkap anak lelaki ini Rafardhan Althaf Asrully. Lahir di Surabaya, 6 Mei 2020. Tinggi badannya tak sampai semeter. Berat badan berkisar 7-8 kg. Ini di bawah standar normal anak berusia empat tahun. Matanya menguning. Ia tercatat sebagai penderita stunting atau tengkes, sehingga perlu mendapat perlakuan khusus. 

Menurut World Health Organization -Organisasi Kesehatan Dunia-, tengkes adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Ini ditandai dengan tinggi dan berat badan di bawah standar. 

Merujuk pada data Kementerian Kesehatan berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% di 2022. Jumlah penderita tengkes di Indonesia berkisar 7-8 juta anak. 

Di Surabaya, Pemerintah Kota mengklaim berhasil mengentaskan tengkes secara signifikan, hanya dalam kurun waktu 2 tahun. Pada 2020, tercatat ada 12.788 balita stunting di Kota Pahlawan, di akhir 2022 menurun drastis menjadi 923. 

Disitat dari laman https://www.surabaya.go.id, pemerintah menyatakan bahwa menurunnya prevalensi angka stunting itu, tak lepas dari kerja keras antar Perangkat Daerah di lingkup pemkot, kecamatan dan kelurahan serta unsur lain termasuk pihak perguruan dan lembaga swadaya masyarakat.

Nah, di antara mereka yang terlibat mengatasi tengkes itu ada para Babinsa - Bintara pembina desa. Mereka adalah satuan teritorial TNI yang bersentuhan langsung dengan masyarakat di tingkat desa atau kelurahan. Olehnya, karena tugasnya yang bersentuhan langsung dengan masyarakat itulah maka Babinsa disebut sebagai ujung tombak Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Salah seorang di antara mereka adalah Sersan Dua Misbahul Munir. Ia adalah Babinsa di Koramil 0832/04 Wonokromo di bawah Kodim 0832/Surabaya Selatan. Saban waktu, ia mengunjungi sekitar 8 anak penderita tengkes di wilayah kerja di Kelurahan Sawunggaling. 

Dialah yang saban waktu dinanti Rafardhan Althaf Asrully. Ia selalu membawa sejumlah "amunisi" buat tumbuh kembang anak dari ibu muda Felly Pristiyani Hartoyo (29) ini. Serda Munir - begitu ia disapa sesama rekan tentaranya - tak pernah sungkan memangku Rafardhan dan mulai menunjukkan susu, biskuit, dan makanan lain yang dibawanya. 

 

"Setahun terakhir ini, saya mulai bekerja mendatangi para penderita stunting dan memberikan bantuan-bantuan yang bisa meringankan mereka. Ada susu, beras khusus untuk penderita stunting, biskuit, sampai pampers. Bahkan uang tunai yang kami bawakan untuk mereka. Bisa jadi itu tidak cukup, tapi ini cara kami membantu mereka," ujarnya.

Beruntung, pada Sabtu (8/4/2023) ini, dia berkunjung ke rumah Rafardhan membawa sejumlah makanan tambahan dan uang tunai. Adapun uang tunai, selain dari koceknya sendiri, kali ini mendapat tambahan dari Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf, Danramil 0832 Mayor Inf Kasrun Hamid dan Dandim 0832/Surabaya Selatan Kolonel Inf Akhmad Juni Toa.

Serda Munir mengaku sangat bahagia bisa meringankan beban orang lain. Ia mengaku merasa puas bila bisa membantu warga yang berada di wilayah tugasnya. "Ini adalah panggilan jiwa saya sebagai anggota TNI, apalagi Bapak Kasad, Bapak Pangdam mendukung kami terlibat dalam upaya menangani stunting ini," akunya.

Sementara, Felly Pristiyani Hartoyo, ibu Rafardhan mengakui sangat terbantu dengan bantuan-bantuan yang dibawa oleh para Babinsa. "Kalau Pak Munir ini sudah sering ke sini membawa susu dan pampers. Kalau saya sendiri pasti sudah tidak mampu rutin membelinya, sementara anak saya sama sekali tidak bisa makan dengan normal," aku dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: