Cheng Yu Pilihan Ketua Umum Pawacitra Frans Waruwu: Qing Shu Li Qian
Cheng Yu FRANS WARUWU--
FRANS WARUWU tidak mau menaruh dendam pada siapapun. Sejak lama, ketua umum Paguyuban Warga Citraland Surabaya (Pawacitra) yang sekaligus operating & distribution division head PT Daiken Dharma Indonesia tersebut memegang teguh prinsip manusiakanlah manusia dengan memaafkannya. Seperti yang ribuan tahun sebelumnya juga diutarakan kitab Chìn-su (晋书), "情恕理遣" (qíng shù lǐ qiǎn): memaafkan dan membuang jauh-jauh niat hati yang buruk.
Adapun caranya, terang Frans, ialah dengan meminta segudang maaf kepada Tuhan, maaf untuk diri sendiri, dan maaf untuk kita berikan kepada orang lain yang mungkin membutuhkannya karena barangkali telah meyakiti kita.
Frans sampai pada kesadaran demikian setelah mempelajari neuro linguistic program, time line therapy (TM), dan hypnotherapy. Ilmu-ilmu ini mengubah cara berpikirnya tentang bagaimana lebih bertanggung jawab terhadap sesama dan lingkungan dengan memaafkan.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Ketua Hipmi Surabaya Denny Yan Rustanto: Li Xue Du Xing
"Ketika dasar hati kita sudah bisa to forgive, menerima dan memaafkan, maka kita akan bisa dengan mudah menjalankan apapun yang menjadi tujuan bersama kita dengan orang lain. Sebab, orang lain akan merasa dimanusiakan karena kita memaafkannya. Sebaliknya, kita pun akan lebih bahagia bila orang lain memaafkan kita," kata Frans.
Makanya, sang Buddha dalam Aṅguttara Nikāya mengategorikan orang bijak mempunyai tiga perilaku baik. Pertama, ia melihat kesalahan sebagai kesalahan (accayaṃ accayato passati). Kedua, setelah menyadari kesalahannya, ia memperbaikinya (accayaṃ accayato disvā yathādhammaṃ paṭikaroti). Ketiga, ketika orang lain mengakui kesalahannya dan meminta maaf, ia memberikan maaf sebagaimana mestinya (parassa kho pana accayaṃ desentassa yathādhammaṃ paṭiggaṇhāti).
Pasalnya, sang Buddha percaya, di waktu kapan pun di dunia ini, permusuhan tidak dapat reda dengan memusuhi; sebaliknya akan dapat reda dengan tidak memusuhi (na hi verena verāni, sammantīdha kudācanaṁ averena ca sammanti, esa dhammo sanantano). Demikian ditegaskan Sang Buddha dalam Dhammapada, I:5. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: