Nyam-nyam bareng Firitri: Soto Kerbau

Nyam-nyam bareng Firitri: Soto Kerbau

Penampakan soto kerbau yang aduhai. -Firitri-

HARIAN DISWAY - Saya penasaran mencoba makan soto kerbau di Jalan Majapahit Mojokerto ini atas saran dr Deny Setiawan. Ia salah seorang pembaca blog saya. Via IG saya, ia mengarahkan saya mencoba soto ini. Waduh, dasar hobi nyam-nyam, begitu ada kabar seperti itu, saya langsung go go go! Segera ke sana. 

 

Saya tidak memesan soto kerbau doang. Banyak menu yang lain. Pertama memang soto kerbau. Lalu iga penyet. Terus tumis taoge. Tak lupa teh tawar panas. Masih ada es teh manis. Ditambah lagi teh tarik. Terus…terus… Wah sudah. Nanti membulat lagi pipi saya. 

 

Dari sekian itu, saya hanya bercerita tentang soto kerbaunya ya. Sebab soto ini mewah ya karena daging kerbaunya itu. Rasanya nyam-nyam sekali. Ringan tapi sangat dapat dirasakan. Sulit membayangkannya.
Tampak daging kerbau yang seratnya berbeda dengan serat daging sapi. -Firitri-

 

Yang jelas daging kerbaunya direbus menjadi kaldu. Beda dengan daging sapi yang direbus menjadi kaldu, daging kerbau ini lemaknya rendah. Kolesterol HDL tinggi dan LDL rendah. Tipikal daging sehat. Jadinya kuahnya ringan tidak berlemak. 

 

Untuk membedakan. Daging kerbau terlihat lebih gelap daripada daging sapi. Seratnya juga lebih besar. Pasti lebih alot. Maka dari itu, orang umumnya memasak dengan gentle cooking alias api kecil tapi lama. Ini kesabaran untuk mendapatkan rasa enak.

 

Dengan cara memasak ini daging alot menjadi empuk. Bumbu juga lebih merasuk ke daging sampai ke dalam-dalamnya lho. Jauh berbeda dengan daging yang empuk. Direbus lama hancur. Direbus sebentar alot. Direbus sedang atau tidak lama-tidak sebentar, bumbu tidak merasuk ke dalam. Sulit penanganannya. Inilah mengapa daging kerbau ini enak.

 

Daging direbus dengan bumbu soto. Mudah kok bumbunya. Bawang putih, bawang merah, ketumbar, kemiri, lada, dengan dedaunan seperti serai, daun jeruk purut, dan daun salam.

 

Apakah itu saja? Tidak. Soto ini ada rasa gurih berupa jintan yang lagi-lagi tipis menggoda. Aneh kan. Biasanya jintan untuk masakan bersantan. Tapi ini dipakai kuah segar.

 

Disajikan di dalam mangkuk kecil. Pas buat nyam-nyam dengan nasi, taoge, irisan daun bawang dan selderi. Ada lagi yang lain yaitu irisan bawang putih goreng. Biasanya barang merah goreng yang ditaburkan. Mirip dengan masakan Tiongkok. Memang soto ini kan asimilasi dari budaya Tiongkok.
Sambeli ijo yang tak membuyarkan rasa kuah sotonya. Malah sedap. -Firitri-

 

Rasa asin dan gurih yang tipis itu pas di lidah. Umumnya kita kan kurang nyaman merasakan soto yang manis. Jadi disediakan kecap manis tersendiri untuk yang menyukai selera manis. Terakhir ya sambalnya. Sambal lombok ijo. Gurih. Khas Jawa Tengahan. Saya menjumpai sambal seperti ini juga di Semarang. (Firitri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: