Geliat Bangun Kota Reog: Menjaga Petani Tetap Untung (19)

Geliat Bangun Kota Reog: Menjaga Petani Tetap Untung (19)

Petani Desa Singgahan Suparti dan Wiyati pulang ke rumah setelah seharian di sawah, 1 Mei 2023.-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Tiga perempat warga Ponorogo menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Padi jadi andalan. Namun, hasil sawah mereka tak menguntungkan tanpa sentuhan bantuan Pemkab Ponorogo.

Ponorogo panen raya, 1 Mei 2023. Mobil pikap penuh gabah berseliweran di jalan antar desa. Kelompok tani di Kecamatan Pulung memasang tenda-tenda di bawah lembah Gunung Kencur. 

Beberapa kelompok tani masih mempertahankan cara tradisional. Mereka memisahkan gabah dengan gebyok kayu. Dikerjakan tiga hingga empat orang. Sebagian besar dikirim ke gudang penggilingan padi dengan alat bantuan Pemkab Ponorogo.

Sisa padi yang tidak dikirim ke gudang penggilingan dikumpulkan ke tenda di tengah sawah itu. Sebagian hasilnya disimpan untuk kebutuhan dapur selama tiga bulan. Sisanya dijual.

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Cegah Bumi Ponorogo Tenggelam (18)

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Rencana Bentuk BUMD Pariwisata (17)

Apakah menjadi petani di Ponorogo masih menguntungkan? Mendengar pertanyaan itu, petani asal Desa Singgahan, Kateno, tersenyum. “Cukup-enggak cukup,” kata petani berusia 57 tahun itu.


Sawah Kateno, petani asal Desa Singgahan Kecamatan Pulung dengan padi berumur sebulan. Ia menebar pupuk subsidi dari pemerintah. -Boy Slamet/Harian Disway-

Ia menerangkan bahwa setiap petak sawah dengan ukuran 1.000 meter persegi menghasilkan 1 ton padi. Kalau punya 9 petak, untung bersihnya hanya 1 petak. Sisanya untuk menutup biaya produksi.

Harga gabah kering mencapai Rp 4.500 hingga Rp 4.700 per kilogram. Jika punya 9 petak sawah, maka keuntungan bersih per 3 bulan mencapai Rp 4,5 - Rp 4,7 juta. Kalau dibandingkan dengan kebutuhan hidup di tahun 2023, tentu nilainya sangat minim.

Pupuk bersubsidi makin dibatasi sejak 2021 oleh pemerintah pusat. Kata Kateno, urea dan phonska sempat langka. Namun, kondisinya berangsur membaik beberapa bulan terakhir. Pemkab Ponorogo mengucurkan bantuan Rp 1,8 miliar untuk tambahan subsidi pupuk. Kalau pakai pupuk nonsubsidi, Kateno tidak yakin petani bisa untung.

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: UMKM Naik Kelas di Monumen Peradaban (16)

BACA JUGA:Geliat Bangun Kota Reog: Pasar UMKM Sejuta Umat (15)

Kelompok Tani di Desa Singgahan memperoleh bantuan empat traktor dari Pemkab Ponorogo. Dipakai bergantian. Desa-desa lain juga dapat bantuan yang sama. Mereka tak perlu menyewa alat tersebut. Ongkos produksi makin terpangkas.

“Kalau tidak ada traktor dari pemkab, enggak bisa untung,” ujarnya. Harga sewa traktor per hektare mencapai Rp 1 juta per hari. Terkadang bisa lebih mahal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: