Resensi Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film: Hitam Putih Penuh Warna

Resensi Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film: Hitam Putih Penuh Warna

Jatuh Cinta Seperti di Film-Film berkisah tentang seorang penulis film yang jatuh cinta pada teman lama yang suaminya baru saja meninggal, yang berniat menuliskan kisah hidupnya itu menjadi skenario film. --

Film ini membuktikan satu hal. Ide yang sederhana bila disampaikan dengan luar biasa, akan memberi makna.

Saya tahu film ini karena teaser-nya muncul di media sosial. Wah, Agus Ringgo. Wah, Nirina Zubir. Wah, filmnya hitam putih. Rasa penasaran yang muncul membawa saya menuju gedung bioskop.

Pergi bersama dua anak gadis membuat saya bertanya-tanya. Apa yang menyebabkan mereka mau saya ajak nonton film ini? Apa yang membuat mereka tertarik pada film ini?

Si bungsu tertarik karena soundtrack-nya yang enak didengar. Si sulung, lebih penasaran tentang film hitam putih ini, seperti saya.

Di dalam teater, kami terpaku, terbahak, dan terpukau. Adegan demi adegan berlalu. Film ini ternyata benar-benar menawarkan sesuatu yang berbeda. Film ini benar-benar menampilkan ide sederhana yang dikemas dengan luar biasa.

Film ini mengisahkan perjalanan hidup seorang penulis skenario film yang bernama Bagus Rahmat, diperankan oleh Agus Ringgo Rahman. Dia ingin menulis film orisinal setelah selalu berkutat dengan film-film adaptasi.

BACA JUGA: Resensi Drakor Gaus Electronic: Kapan Lagi Melihat Kwak Dong-yeon Melawak?

Kisahnya diangkat dari cerita hidupnya sendiri. Kisah tentang seorang penulis film yang jatuh cinta pada teman lama yang suaminya baru saja meninggal, yang berniat menuliskan kisah hidupnya itu menjadi skenario film.

Hana, janda cantik yang diperankan Nirina dengan sangat ciamik, mengikat penuh dan menjadi pusat perhatian dalam film ini.

Di awal film, kita langsung disuguhi adegan yang menarik. Bagus, memasuki ruang kantor produsernya. Ia kemudian berbicara dengan seseorang di ruang lain di balik pintu. 

Tanpa sadar, penonton akan mengingat adegan pertama ini berkat scene barang-barang yang jatuh tanpa sengaja dan ujaran “seperti mengantar anak sekolah saja.” 

Di akhir cerita, kita akan kembali pada adegan ini, dengan sudut pengambilan gambar dari luar ruangan. Dan kita akan tahu dengan siapa dia berbicara.
Film ini ternyata benar-benar menawarkan sesuatu yang berbeda. Film ini benar-benar menampilkan ide sederhana yang dikemas dengan luar biasa. -Windy Effendy-

Alur berputar ini cukup jarang digunakan dalam perfilman Indonesia. Akhir cerita yang kembali ke awal cerita. Alhasil, hampir separuh dari penonton teater bertepuk tangan di akhir cerita. Well done.

Selanjutnya, adegan dalam ruangan yang dimasukinya, Bagus, menjelaskan ceritanya kepada sang produser, Yoram, yang diperankan oleh Alex Abbad.

Ketika Bagus mengatakan bahwa film ini akan dibuat hitam putih, seketika film berubah warna menjadi hitam putih. Penonton pun dibuat terkecoh dengan permainan kata-kata dan realita dalam film ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: